Hutan yang telah terlihat dengan mata kepala jurnalis, menurutnya, sebagian besar telah rusak akibat penebangan liar dan perluasan lahan kebun dengan membakar secara sengaja maupun tak sengaja, mengakibatkan gundulnya hutan cagar alam.
“Ini hutan rusak, tahun lalu terjadi banjir di pusat Kota Jayapura, akibat erosinya hutan di kaki gunung Cyclop ini,” ujarnya.
Dia mengharapkan, adanya kegiatan ini para jurnalis yang ada di Papua dan Papua Barat dan jurnalis yang ada di seluruh Indonesia termotifasi untuk peduli terhadap hutan dan lingkungan mereka berada.
“Kami juga menyarankan kepada kawan-kawan jurnalis seluruh Indonesia melakukan hal yang sama, mudah-mudahan ini menjadi contoh yang positif buat rekan-rekan,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), Fredy Wanda berikan apresiasi kepada jurnalis-jurnalis yang telah menunjukkan bentuk nyata soal penyelamatan hutan Papua yang kini berangsur-angsur rusak akibat ulah oknum masyarakat yang tak bertanggungjawab.
“Peduli hutan Papua dari jurnalis, saya menyambut positif apa yang dilakukan para jurnalis saat ini. Jangan kita peduli karena ada pejabat, karena ada pimpinan kita peduli dan karena ada uang. Mari kita semua peduli karena hati , kita peduli untuk penyelamatan hutan,” kata Fredy.
Senada hal itu, Humas WWF Indonesia reginal Papua, Andhiani M. Kumalasari mengatakan, hutan ini bagian dari cagar alam cyclop, dimana Kota Jayapura bentuknya kebanyakan bertebing, kawasan hutannya perlu dipertahankan agar sumber mata air tetap ada dan tidak adanya bencana alam tanah longsor.
“Kawasan di sini harus dijaga, agar mata air tetap terjaga. Paling tidak jurnalis ini sudah membantu hutan ini dengan berikan penanaman kembali pohon-pohon,” kata Andhi.