Suka Duka Muh, Penjahit Keliling di Balikpapan

Tukang jahit keliling
BALIKPAPAN — Menjadi penjahit keliling bukan profesi yang diinginkan oleh banyak orang. Namun seorang Pria bernama Muhammad (34) melakononinya sejak 7 tahun yang lalu.
Pria kelahiran Purwodadi – Jawa Tengah ini merantau ke Kalimantan, tepatnya di kota Balikpapan sejak tahun 1998 yang lalu. Saat itu Dia berusaha mencari pekerjaan apa saja untuk mencari rejeki kebutuhan hidupnya. 
“Pokoknya datang ke Balikpapan cari uang yang penting halal,” ujar pria yang biasa disapa Muh, Minggu (18/10/2015).
Muh menuturkan, mengais rezeki di daerah rantau menjadi pilihannya dan pekerjaan yang digeluti juga apa saja, yang penting halal.
Sebelum menjadi penjahit keliling, Ia berjualan lemari keliling sambil berjalan kaki. Profesi itu ia tekuni selama 5 tahun lamanya demi mencari uang untuk kebutuhan hidupnya. “Menjadi penjual lemari keliling tentu tidak mudah. Panas terik dan tidak ada pembeli menjadi tantangan,” ulas pria kelahiran 1981.
Kemudian lambat laun, Muh beralih profesi menjadi penjahit keliling. Dengan modal yang dimiliki, dia membeli seperangkat mesin jahit bekas. “Awalnya hanya dengan berjalan kaki untuk mencari orderan menjahit,”sebutnya.
Berjalannya waktu, Muh berhasil mengumpulkan modal dengan membeli sepeda motor untuk mendukung profesinya sebagai penjahit keliling. 
“Sekarang saya mengandalkan sepeda motor untuk keliling kota Balikpapan sambil menjahit,” tandasnya.
Muh mengandalkan mesin jahit genjot yang dimodifikasi sendiri agar mudah dioperasikan di boncengan sepeda motor. Dengan duduk di jok menghadap belakang, Muh bekerja sesuai permintaan konsumen.
“Ada memperbaiki atau merombak pakaian dan celana, menambal yang robek, mengganti resleting yang rusak, serta yang perlu dikecilkan, atau dibesarkan ukurannya jika memang masih memungkinkan,” jelas pria yang sudah memiliki satu anak ini.
Ongkos kerjanya terbilang murah, antara Rp 10.000 hingga Rp 30.000. Dari usaha kelilingnya, sehari bisa membawa Rp 100.000 setelah dikurangi untuk membeli bensin dan makan.
“Kadang juga dalam sehari tidak ada konsumen yang memanggilnya,” tuturnya.
Ia yakin bekerja yang kini digelutinya dapat menjadi sumber rejekinya untuk menafkahi anak dan isterinya, meskipun harus menjahit keliling dengan berbagai suka dukanya.
Dengan menjahit keliling, Muh menambahkan bisa pulang ke daerah asalnya satu tahun dua kali untuk menengok anak dan isterinya. 
MINGGU, 18 Oktober 2015
Jurnalis       : Ferry Cahyanti
Foto            : Ferry Cahyanti
Editor         : ME. Bijo Dirajo
Lihat juga...