Terkena Patok JTTS, Warga Penengahan Mulai Kumpulkan Bahan

Rumah yang diberi patok merah pembangunan jalan tol trans Sumatera

LAMPUNG — Meski proses pembangunan belum sampai, namun Warga di Penengahan yang halaman rumahnya dipasang patok merah tanda jalur pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni-Terbanggi Besar mulai menjual tanaman dan menebang yang dimilikinya. Penebangan dilakukan setelah mendengar isu harga ganti rugi pohon yang akan ditebang tidak sesuai. 
“Daripada saya menunggu untuk proses ganti rugi saya menjual sebagian pohon yang saya miliki karena kebutuhan juga sudah mendesak,”ungkap Masiran warga Desa Klaten Kecamatan Penengahan kepada Cendana News, Rabu (21/10/2015).
Disebutkan, penebangan dan penjualan pohon tersebut dikarenakan lahan tersebut terkena patok merah yang terkena jalur tol serta untuk fly over jalan kampung. Hal tersebut dilakukan masyarakat setelah mendapatkan info, meski belum dipastikan dengan pihak pengembang.
“Kami dapat info dari daerah Sabahbalau ganti rugi kisaran Rp.180ribu-Rp.350ribu per meter, namun kemungkinan harga di sini akan berbeda, dan kami hanya bisa menunggu,”ungkap Masiran.
Ia dan puluhan warga lain yang terdampak lahan tol Trans Sumatera mengaku masih ancang ancang mengumpulkan bahan bangunan untuk persiapan jika sewaktu waktu akan pindah. Beberapa warga bahkan sudah menyiapkan batu bata, pasir dan sebagian kayu yang akan dipergunakan untuk membangun rumah baru.
“Sudah kami siapkan jauh jauh hari meski masih lama karena secara kebetulan kami memiliki rumah yang tak terkena jalan tol, kalau membeli tanah baru lagi dari ganti rugi lahan tol pasti tidak cukup,”ungkap Budi warga lain.
Optimisme untuk membangun rumah baru tersebut dilakukan sebab di rumah yang ditempati saat ini sudah besar kemungkinan tak akan bergeser dan tergusur. Sementara warga yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan dari pantauan CDN masih melakukan aktifitas seperti biasa dengan menanami padi dan jagung di lahan yang masih mendapat pasokan air irigasi.

RABU, 21 Oktober 2015
Jurnalis       : Henk Widi
Foto            : Henk Widi
Editor         : ME. Bijo Dirajo
Lihat juga...