Batik Jumputan, Kreasi Unik Pengrajin Batik Desa Sambirejo

Beragam motif unik batik jumputa
YOGYAKARTA — Meski belum begitu populer, batik jumputan asal desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, mulai dilirik pasar. Disebut batik jumputan, karena motif batiknya dibuat dengan cara dijumput lalu diikat, sehingga memberi efek warna seperti bercak, namun tetap memiliki pola. Itulah kreasi batik yang dilakukan Mujimin sejak beberapa tahun terakhir ini.
Batik memang sudah melegenda. Bahkan diakui dunia sebagai warisan budaya asli Indonesia. Namun bukan berarti pengusaha batik bisa dengan mudah memasarkan  produk batiknya. Dibutuhkan kreasi dan inovasi, agar batik yang merupakan kain tradisional tidak kehilangan nilai kekiniannya.
Mujimin, pengrajin batik jumputan 
Di tengah persaingan bisnis batik, motif batik tulis masih merupakan batik paling mahal dan berkelas. Lalu, ada batik cap atau printing yang menjadi jenis produk batik paling laris di pasaran karena harga yang relatif lebih murah dibanding batik tulis, namun tetap dengan kualitas yang memadai. 
Mujimim, warga desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, seorang pengrajin batik jumputan yang intens berkreask bersama puluhan ibu-ibu warga setempat. Mujimin yang ditemui Minggu (8/11/2015) mengatakan, jika batik jumputan itu sebenarnya berawal dari ekaperimen untuk menciptakan batik yang lain dari yang telah ada. 
Dia menjelaskan, batik jumputan dibuat dengan cara dijumput atau pola yang akan diberi warna diikat dengan karet gelang, atau dijahit rapat. Sudah itu, dicelupkan ke pewara dan djemur. Setelah kering, ikatan dilepas dan muncullah pola yang dibuat tadi.
Namun, Mujimin mengakui dengan teknik jumputan itu seringkali motif yang dihasilkan tidak sesuai dengan pola yang dibuat dan diharapkan. Tapi justru itulah, menurutnya, yang membuat batik jumputan menjadi unik dan berbeda. 
“Motifnya terkesan alami dan berbeda dengan batik tulis maupun batik cap”, katanya.
Kecuali unik dan pola yang terlihat alamiah, membuat batik jumputan juga tidak sesulit batik tulis dan cap. Hanya saja, dibutuhkan kehati-hatian ketika melepas ikatan pola agar tidak merobek atau merusak kainnya. Dengan motif batik jumputan, kata Mujimin, motif batiknya menjadi terbatas ragamnya. 
Hal itu, menurutnya, akan membuat motif batik jumputan berkembang terbatas untuk menjaga identitas dan keunikannya. Batik jumputan, kata Mujimin, bisa dibuat dalam waktu 2-3 hari, tergantung tingkat kesulitan motif dan  banyaknya proses pewarnaan. Sedangkan harganya, untuk batik jumputan ukutan 2 x1,5 meter adalah Rp. 150-200 Ribu tergantung motif dan warnanya.
Mujimin mengatakan, pemasaran batik jumputan tidak hanya di Yogyakarta, namun juga sudah merambah ke kota-kota besar seperti Jakarta, Banten-Jawa Barat dan sebagian kota di Jawa Tengah. Selain itu juga tentu saja dijual di kawasan obyek wisata Candi Prambanan. 
Ibu-ibu tekun menjumput kain untuk dibuat pola 

JURNALIS : KOKO TRIARKO

Jurnalis Cendana News wilayah DI.Yogyakarta. Bergabung dengan Cendana News bulan Agustus 2015. Sebelum bergabung di Cendana News, jurnalis, penulis dan fotografer di beberapa media cetak lokal.

Akun twitter @KOKOCND
Lihat juga...