Beberapa KK Terkepung Proyek Jalan Tol Akibat Belum Terima Ganti Rugi

Rumah warga yang terkepung pengerjaan jalan tol
LAMPUNG — Jelang kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk melihat perkembangan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, beberapa kepala keluarga (KK) masih bertahan di tempat tinggal mereka. Puluhan kepala keluarga tersebut bahkan bertahan di tengah kepungan alat berat yang meratakan bukit bukit gamping di sekitar rumah mereka. Alasan warga tetap bertahan di tempat tinggal yang sudah didiami selama puluhan tahun tersebut karena belum ada kesepakatan terkait besaran ganti rugi lahan tol.
Salah satunya keluarga Yunus warga Dusun Kenyayan Bawah Desa Bakauheni Kecamatan Bakauheni, ia mengaku masih bertahan dan akan mengadukan nasibnya tersebut kepada presiden Jokowi karena besaran ganti rugi lahan tol yang tidak sesuai. Sementara ratusan warga lain di Dusun Kenyayan Bawah yang merupakan tetangga Yunus sebagian besar sudah pindah karena sudah memperoleh ganti rugi lahan tol.
“Kami akan bertahan di sini dan akan mengadukan nasib kami ke Presiden karena kami tidak memperoleh ganti rugi lahan tol yang sesuai,”ungkap Yunus kepada Cendana News, Rabu (04/11/2015)
Bahkan Yunus Raden Panji dan beberapa keluarga lain diantaranya keluarga khaerudin, keluarga Zulkifli, keluarga Rukaisi, keluarga Heru, keluarga Slamet, keluarga Jafar, keluarga Maksum sepakat untuk bertahan di tempat tinggal mereka. Bahkan warga membuat posko simpatik berupa gardu untuk lokasi berkumpul warga yang masih menolak kompensasi ganti rugi lahan tol yang dianggap belum sesuai.
“Kami masih mencari keadilan terkait ganti rugi lahan tol ini, bukan soal besarannya tapi soal keadilan terhadap status kepemilikan tanah kami ini,”ungkap Jafar ketua RT setempat yang masih merupakan salah satu keluarga Raden Yunus.
Meskipun setiap hari Raden Yunus dan keluarganya terimbas debu penggusuran lahan Jalan tol Trans Sumatera  tersebut dan suara bising alat berat namun mereka masih bertahan. Bahkan meski akses untuk keluar masuk cukup sulit akibat material tanah urukan menghalangi jalan warga mereka tetap bertahan dan tidak ingin pindah atau dipindahkan sebelum ada kejelasan terkait ganti rugi lahan tol.
Diketahui berdasarkan keterangan komando Resor Militer (Korem) 043/Garuda Hitam (Gatam) Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan mengunjungi Lampung pada Jumat (6/11). Salah satu agenda Jokowi di Lampung, di antaranya memantau perkembangan jalan tol yang menghubungkan Bakauheni-Terbanggi Besar.
Warga mengakui akan menyampaikan keluhan terkait ganti rugi tersebut kepada pemerintah pusat karena pemerintah daerah dianggap tak menyuarakan suara mereka.
Berdasarakan musyawarah negoisasi ganti rugi di Menara Siger pada Senin(2/11) untuk titik delapan kilometer di Desa Bakauheni di Dusun Cilamaya, Dusun Way Baru, Dusun Bunut antara tim pembebebasan lahan, tim appraisal, dengan beberapa warga masih belum disepakati besaran nilai ganti rugi lahan tol.
Berdasarkan negoisasi tersebut tanah pekarangan atau untuk rumah dihargai  300ribu, sementara untuk tanah kebun dihargai Rp90 ribu. Sementara untuk tanam tumbuh dihitung berdasarkan umur dan produktifitas pohon tersebut. Seperti contoh pohon kelapa, buah buahan memiliki produktifitas setiap tahun dan akan dihitung tersendiri.
“Jika sebuah pohon memiliki produktifitas tinggi dalam satu tahun semisal pohon kelapa akan memiliki harga berbeda dengan harga pohon kayu yang tak berbuah,”ujar salah satu tim appraisal.
Pantauan Cendana News, debu debu berterbangan akibat aktifitas alat berat yang bekerja meratakan bukit bukit di Bakauheni. Sementara ratusan warga terimbas penyakit sesak nafas terutama anak anak.
JURNALIS : HENK WIDI
Bergabung dengan Cendana News pada bulan November 2014. Dengan latar belakang sebagai Jurnalis lepas di beberapa media dan backpacker, diawal bergabung dengan Cendana News, Henk Widi fokus pada pemberitaan wisata dan kearifan lokal di wilayah Lampung dan sekitarnya.
Twitter: @Henk_Widi
Lihat juga...