![]() |
Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), Fredy Wanda |
JAYAPURA—Era Soeharto, hutan di Indonesia terjaga kelestariannya. Kini, hutan tersebut perlahan-lahan habis akibat oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Hal tersebut diungkapkan Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG), Fredy Wanda kepada Cendana News.
Menurutnya, pada tahun 1986 hingga tahun 1998, Gunung Cyclop masih terjaga kelestariannya. Pada saat itu, beberapa masyarakat yang membuat kayu arang dari kayu suwam dapat dikontrol dan tidak parah seperti saat ini. “Masuk tahun 1999 hingga 2000-an sekarang, kesadaran masyarakat sangat kurang,” kata Fredy, Selasa (03/11/2015).
Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, kata Fredy, bidang kehutanan sangat diperhatikan dengan baik, dimana personil polisi kehutanan difasilitasi sarana dan prasana serta perlengkapan untuk melakukan patroli ditengah hutan.
“Difasilitasi lengkap, contohnya kami punya seragam, atribut kalau bermalam di hutan, ada senter, kamera, dan perlengkapan yang diperlukan saat dihutan. Pokoknya segala atribut kami lengkap. Setelah pemerintah berganti, menteri berganti, dulu dibilang polhut departemen ya,” bebernya.
Setiap tahun, menurutnya, harus ada pola-pola agar hutan di Papua khusnya di kota Jayapura tetap terawat dengan baik. Kini, grafik tersebut turun darastis dan tidak ada peningkatan sama sekali.
“Polhut sekarang di kota dan kabupaten, dilihat tidak ada apa-apanya. Saya sudah pernah usul soal penerimaan perekrutan polhut. Hanya dibilang itu jangka panjang, harus ada anggaran dan segala macam.Kalau dihitung dari Waena hingga Pasir VI, sekitar 50-an hektar lebih yang harus dijaga polhut, dan ini sebagian besar hutan sudah habis,” kata pria pecinta alam Papua ini.
Ia mengungkapkan saat ini Polisi Kehutanan (Polhut) di Kota Jayapura minim personil, kini hanya tersisa 12 personil.
“Angkatan saya berjumlah dua orang. Tahun 2016 saya dan beberapa teman akan pensiun. Jadi, nanti sisa 9 Polhut saja yang akan menjaga hutan di sini (kota Jayapura),” ujarnya.
Standarnya, patroli hutan sebanyak satu regu berjumlah 10 personil. Namun, saat ini setiap berpatroli hanya berjumlah dua polhut saja. Ia mengungkapkan, era pemerintahan almarhum Soeharto, jumlah polhut yang kala itu disebut Polisi Khusus (Polsus) Kehutanan berjumlah satu pleton setengah atau lebih dari 30 personil, dimana setiap satu regu melakukan patroli secara bergiliran setiap minggunya.
“Sekarang sudah tidak seperti itu lagi, hanya dua orang yang patroli dari Waena-Entrop, lanjut Entrop-Angkasa dan terakhir Angkasa-Pasir VI kalau dijumlah sepanjang lebih dari 40 kilometer. Kalau dulu satu pleton dari Kemiri, Sentani (belum pemekaran) hingga Pasir VI,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Dinas Kehutanan Kota Jayapura telah membentuk Masyarakat Mitra Polhut (MMP), lanjutnya, masyarakat yang ada di daerah hutan, cagar alam anakan Gunung Cyclop untuk membantu jaga hutan tersebut, selain dari Polhut itu sendiri.
“Sudah dibuat satu regu, hanya 9 orang, tugasnya patroli dari batas Kota Jayapura, Waena hanya sampai di Kodam XVII Cenderawasih. Terus dari Kodam ke Pasir VI, belum terbentuk atau belum ada MMP-nya. Yang ada satu regu lagi dari masyarakat di Teluk Youtefa,” kata Fredy yang bergabung di Polhut sejak tahun 1984 silam.
JURNALIS : INDRAYADI T. HATTA
Jurnalis Cendana News wilayah Papua. Bergabung dengan Cendana News bulan April 2015. Sebelum bergabung dengan Cendana News, menjadi jurnalis dan fotografer lepas untuk berbagai media cetak dan online dalam berbahasa Indonesia dan Inggris.
Jurnalis Cendana News wilayah Papua. Bergabung dengan Cendana News bulan April 2015. Sebelum bergabung dengan Cendana News, menjadi jurnalis dan fotografer lepas untuk berbagai media cetak dan online dalam berbahasa Indonesia dan Inggris.