Yogyakarta Jadi Sasaran Tembak Peredaran Narkotika


YOGYAKARTA—Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY, Kombes Pol Soetarmono, mengungkapkan, Kota Yogyakarta menjadi sasaran tembak bagi peredaran narkotika. Sebagai kota miniatur Indonesia, Yogyakarta menjadi potensial bagi berkembangnya beragam budaya dari berbagai daerah, termasuk budaya negatif pemakaian narkoba.
Dalam gelar perkara penangkapan kurir shabu jaringan internasional di kantornya, Senin (2/11/2015), Kombes Pol Soetarmono mengatakan, jika pihaknya masih terus memburu pemesan dari narkotika berupa kristal shabu seberat 2.675 Gram atau sekitar 2,6 Kg. Soetarmono pun menegaskan, peredaran narkoba di Yogyakarta sudah memprihatinkan, bahkan pada setiap tahunnya cenderung meningkat.
Diungkapkannya, berdasar data hasil penelitian BNN dan Universitas Indonesia (UI), menunjukkan pemakai narkoba di Yogyakarta pada tahun 2008 ada sebanyak 68.981 orang. Jumlah tersebut, menurutnya, menempatkan Yogyakarta pada posisi kedua sebagai kota terbesar pemakai narkoba setelah DKI Jakarta.
Lalu pada tahun 2011, lanjut Soetarmono, jumlah pemakai di Yogyakarta meningkat menjadi 83.952 orang dan pada tahun 2014 turun menjadi sebanyak 62.028 orang. “Tahun 2014 Yogyakarta menjadi rangking kelima setelah DKI Jakarta”, tandasnya.
Data tersebut juga hasil penangkapan peredaran narkotika seberat 2, 6 Kg kristal shabu baru-baru ini di Yogyakarta, menurutnya, menjadi bukti jika Kota Yogyakarta menjadi sasaran tembak dari peredaran narkoba. “Yogyakarta sebagai miniaturnya Indonesia, menjadi potensial bagi tumbuhnya beragam budaya dari mana pun, termasuk budaya negatif seperti penggunaan narkotika”, tambahnya.
Sementara itu sebagai upaya pemberantasan narkoba, Soetarmono mengatakan jika pihaknya selama dalam setahun ini telah melakukan 24 kali operasi pemberantasan narkoba, ditambah 46 operasi narkoba untuk mencari 1.369 pemakai yang direhabilitasi gratis dengan bekerjasama dengan 10 lembaga rehabilitasi di Yogyakarta. 
Tak hanya merehabilitasi, ssmbungnya, BNN bekerjasama dengan berbagai lembaga juga mengadakan pelatihan gratis bagi para pemakai pasca direhabilitasi, agar bisa mandiri dan tidak dikucilkan oleh keluarga maupun lingkungannya.
Soetarmono juga mengingatkan, agar masyarakat lebih berhati-hati dan waspada. Mengingat modus para pengedar kini banyak memanfaatkan media sosial. “Para pengedar biasanya mengajak berkenalan lewat medsos, lalu memacari dan mengajaknya jalan-jalan ke luar negeri dan sepulangnya tanpa diketahui menitipkan narkoba yang dikamuflase dengan berbagai cara”, pungkanya.

JURNALIS : KOKO TRIARKO
Jurnalis Cendana News wilayah DI.Yogyakarta. Bergabung dengan Cendana News bulan Agustus 2015. Sebelum bergabung di Cendana News, jurnalis, penulis dan fotografer di beberapa media cetak lokal.
Akun twitter @KOKOCND
Lihat juga...