Petani Kediri Masih Membajak Sawah dengan Sapi
KEDIRI — Membajak sawah dengan memanfaatkan tenaga sapi masih menjadi andalan bagi para petani di Kediri. Di antaranya, Marsaid (60 tahun) lebih memilih membajak sawahnya dengan menggunakan sapi bukan dengan traktor pada lahan jagungnya.
Marsaid menggunakan dua pasang sapi lengkap dengan alat bajak untuk membajak lahan jagungnya. Marsaid seperti petani lain bekerja mulai pukul 06.00 WIB. Dia tampak memegang pecut atau cambuk sembari sesekali menggumam mengajak sapi-sapi tersebut bekerja.
Marsaid menuturkan pekerjaan membajak lahan dengan menggunakan sapi berbeda dengan membajak sawah menggunakan traktor. Bajak sapi harus lebih telaten dan sabar serta bisa menjangkau area lahan yang sulit.
“Hasil bajak sapi lebih bagus, terus ketambahan kotoran sapi juga bisa jadi pupuk organik,” jelasnya kepada Cendana News, Senin (11/9/2017).
Selain itu, persiapan penutup moncong sapi juga tidak boleh ketinggalan. Pasalnya, untuk menjaga larikan (hasil bajak.red) tetap lurus dan rapi. “Kalau tidak ditutup, sapi tidak fokus akhirnya cari makanan di lahan,” tandasnya.
Sebelum membajak sawah, sapi juga perlu menjalani ritual khusus, yakni minum jamu. Tak tanggung-tanggung untuk satu ramuan dibutuhkan 50 butir telur dan kecap satu botol. Hal ini dilakukan untuk menjaga stamina sapi.
“Biar makin mantap tarikannya, juga sapinya sehat,” paparnya.
Hal senada juga diungkapkan pembajak sapi lainnya, Imam Sobiri (35 tahun) menambahkan jamu harus rutin diberikan minimal tiga bulan sekali.
“Kasihan kalau tidak dikasih jamu, apalagi kerja berat,” tukasnya.
Bapak satu orang anak ini menjelaskan sapi umur tiga tahun saja yang dilatih membajak sawah. Selain karena dinilai cukup umur, juga karena tenaganya yang kuat dibandingkan umur di bawahnya.