LEBAK — Produksi jagung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, meningkat hingga November 2017 menebus 7.567 ton hasil panen dari lahan seluas 2.447 hektare.
“Meningkatnya produksi jagung itu sebelumnya 4.210 ton sehingga menyumbangkan swasembada pangan, sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Kabupaten Lebak, Dede Supriatna di Lebak, Kamis (28/12).
Produksi jagung Kabupaten Lebak juga bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional sehingga pemerintah daerah terus meningkatkan produksi dan produktivitas.
Pengembangan jagung di daerah ini melalui bantuan program upaya khusus (upsus) padi, jagung dan kedelai atau pajale.
Kabupaten Lebak melalui program tersebut menerima bantuan benih jagung untuk dialokasikan seluas 30.000 hektare.
Mereka petani mengembangkan tanaman jagung di lahan darat dengan pola tanam tumpang sari.
Pemerintah daerah terus mendorong petani agar memperluas dan mengembangkan komoditas jagung untuk memenuhi permintaan pasar.
Apalagi, komoditas jagung sudah dihentikan impor dari luar negeri sehingga kesempatan bagi petani untuk mendongkrak produksi jagung.
Pengembangan jagung tersebut nantinya hasil panen ditampung oleh Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Provinsi Banten.
Karena itu, petani tidak khawatir lagi untuk mengembangkan komoditas jagung karena sudah ditampung oleh GPMT.
“Semua jagung itu ditampung oleh pengusaha dengan harga cukup baik sehingga pendapatan ekonomi petani menjadi lebih baik hingga di atas Rp10 juta per hektare jika harga pipilan jagung sebesar Rp4.000 per kilogram,” ujarnya.
Kepala Seksi Padi dan Palawija Distabun Kabupaten Lebak, Deni Iskandar mengatakan program upsus pajale untuk mendukung swasembada pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.