TRIPOLI – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana memindahkan 10.000 migran gelap dari Libya tahun depan. Pemindahan dilakukan dalam usaha mengatasi nasib ribuan migran yang terdampar dalam kondisi menyedihkan di pusat-pusat penahanan di negara tersebut.
Libya merupakan titik keberangkatan bagi para migran yang melarikan diri dari kemiskinan atau perang untuk mencapai Eropa dengan kapal. Sementara para penyelundup mengeksploitasi negara yang sedang dilanda kekerasan sejak penggulingan Muammar Gaddafi di 2011 lalu.
Kedatangan para migran ilegal di Italia dari Libya telah turun sebanyak dua pertiga sejak Juli dari kurun waktu yang sama tahun lalu. Penurunan terjadi sejak pemerintah dukungan PBB di Tripoli yang bermitra dengan Italia, mengambil tindakan tegas terhadap penyelundupan manusia. Italia juga membantu dalam operasi-operasi penjaga di pantai Libya.
Tetapi para pegiat menyatakan, tindakan pemerintah telah mengarah kepada memburuknya kondisi di pusat-pusat penahanan para migran. Human Rights Watch dan kelompok-kelompok sosial lainnya mengatakan, para migran menghadapi tempat-tempat yang penuh sesak, penyalahgunaan, kekurangan fasilitas medis dan kekurangan makanan.
“PBB memulangkan para migran yang bersedia pulang ke negara-negara Afrika. Tetapi badan dunia itu juga melakukan pembicaraan dengan negara-negara Eropa dan Kanada untuk mengambil sejumlah pengungsi,” kata Ketua Missi Lembaga Pengungsi PBB Roberto Mignone, Selasa (19/12/2017).
Mignoe menyebut, pekan ini pihaknya akan mengirim 350 pengungsi keluar dari Libya. Di 2018 direncanakan PBB akan memindahkan keluar Libya antara 5.000 hingga 10.000 pengungsi. “Hingga akhir Januari kami akan mengirim keluar sedikitnya 1.000 pengungsi,” katanya.