Begini Cara Polisi Potong Praktik Percaloan

DEPOK – Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol. Purwadi Arianto menyebutkan, sistem birokrasi dan permintaan pasar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dapat dikolaborasi. Karena jika tidak dijembatani, akan tumbuh percaloan di tengah dua kutub tersebut.

Dalam suatu pelayanan, di satu sisi terdapat standar operasional prosedur (SOP) yang mewujud dalam berbagai loket pelayanan, dan pada sisi lain permintaan pasar berani mengeluarkan berapa pun uang yang penting cepat mendapat pelayanan.

“Ini dua teori dasar yang operasional. Dalam teori birokrasi punya SOP, sementara dalam teori marketing ada permintaan pasar. Dua teori yang berbenturan bisa dijembatani untuk menghindari adanya percaloan. Keberadaan calo ini ada di antara dua ini,” kata Brigjen Pol. Purwadi Arianto di Polresta Depok, saat launching SKCK online dan SIP online belum lama ini.

Karenanya dua teori itu harus dapat dikolaborasi sebagaimana harapan masyarakat di mana birokrasinya dipangkas dan masyarakat juga tidak perlu kemudian menyogok untuk mendapatkan pelayanan yang cepat.

Polisi, kata Purwadi Arianto, perlu menangkap keinginan dan harapan besar masyarakat guna mendapat pelayanan yang cepat dan akurat. Polisi adalah pengawal peradaban, maka polisi harus dapat merespon harapan masyarakat di era globalisasi dan viral ini. Mendekatkan yang jauh.

“Yang jauh kita panggil, semakin dekat jarak polisi dengan masyarakat. Kalau di Jepang dikatakan, jarak masyarakat dengan polisi cuma tiga digit. Anggap kita 110, polisi sudah di telinga. Itu di Jepang. Nah, bagaimana polisi menangkap harapan dan mendekatkan diri ke masyarakat, salah satunya melalui pelayanan serba online,” kata Purwadi Arianto.

Lihat juga...