Film, Dilema Idealisme dan Pesan Moral

MAKASSAR – Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) tampak antusias mengikuti kegiatan Dimensi Komunikasi 5. Acara ini diisi dengan kegiatan talk show dan seminar yang bertema mengangkat “Film Karya atau Jasa?” Kegiatan ini terselenggara di Aula Al-Jibra Universitas Muslim Indonesia (Kamis, 14/12/2017).

Menghadirkan 2 pembicara ahli di bidang perfilman yaitu Qurays Mathar sutradara film “Melawan Takdir” dan juga Akra Barka selegram kenamaan di Makassar. Melihat situasi perfilman di Indonesia, menurut Akra, belum banyak menyampaikan pesan moral. Padahal film bisa sebagai alat media pembelajaran.

Sementara itu, Qurays Mathar salah satu pemateri lain dan juga sutradara “Melawan Takdir” mengungkapkan film merupakan karya yang harus mengubah mindset penonton. Apalagi  di era sekarang, film-film kurang menampilkan unsur kesenian dan ideallis.

Rafida Zahiratun Ulhaq, salah satu peserta mahasiswa komunikasi UMI yang mengikuti talk show dan seminar film. Foto: Nurul Rahmatun Ummah

“Saya melihat fenomena sekarang, banyak film di Indonesia sudah kehilangan unsur seninya. Tidak memuat unsur idealisme, padahal film juga sebagai media penyampaian pesan moral ke khalayak,” jelas Qurays Mathar pada hadirin peserta seminar.

Qurays Mathar yang juga dosen Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) menambahkan kondisi perfilman sekarang hanya mengejar rating penonton. Padahal ada beberapa film yang memuat unsur kesenian dan idealis tinggi, namun tidak mendapat rating penonton. Contohnya saja, Atirah.

“Saya juga membuat film sebagai media dakwah. Zaman now bagaimana kita bisa menyampaikan sesuatu yang bermanfaat. Hal ini merupakan peran perguruan tinggi sehingga dapat mengubah mindset,” ungkap Qurays Mathar.

Lihat juga...