Jejak Pemberdayaan UMKM di Tengah Lumbung Batu Bara

MARTAPURA — Dikepung perkebunan karet, ladang pertanian hortikultura itu dijejali ratusan lajur aneka komoditas sayur mayur semacam terong, mentimun, cabai rawit, dan tomat yang bersanding tanaman buah-buahan. Sejak ditanami awal tahun 2017, mayoritas sayuran di lahan sudah tandas dipanen, menyisakan sebidang mentimun.

Terlelat di Desa Tiga A, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, lahan hortikultura seluas 13 hektare ini digarap oleh Kelompok Tani Cangkal Gawe di bawah naungan Gapoktan Kayuh Baimbai. Pembukaan lahan pertanian seluas itu atas inisiatif Misrani, Ketua Kelompok Tani Cangkal Gawe dan Gapoktan Kayuh Baimbai.

“Ini konsep agroforestry. Sekarang mulai pengolahan lahan lagi untuk musim tanam 2018. Saya punya lahan tujuh hektare yang dikerjakan bersama petani muda, dan lima hektare sisanya punya anggota kelompok tani,” kata Misrani kepada Cendana News, Sabtu (25/11/2017).

Tak ingin kaya sendiri, Misrani merangkul pemuda desa untuk bercocok tanam sejak menekuni pertanian hortikultura pada 2012. Di lahan tujuh hektare itu, misalnya, setiap dua petani muda usia 20-30 tahun menggarap per blok lahan yang mesti ditanami produk hortikultura.

Misrani tekun bertani setelah usaha menangkar karet terus meredup seiring anjloknya harga hingga menyentuh titik terendah Rp4.000 per kilogram pada 2011. Terjepit situasi muram bisnis karet plus terlecut cerita sukses petani lain, Misrani menebang tujuh hektare kebun karetnya dijadikan hamparan lahan pertanian.

Ketua Kelompok Tani Cangkal Gawe dan Gapoktan Kayuh Baimbai di Desa Tiga A, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Misrani sedang memetik mentimun di ladang pertanian garapan kelompok taninya. Foto: Diananta P Sumedi
Lihat juga...