Jejak Pemberdayaan UMKM di Tengah Lumbung Batu Bara

Konsep kerjasamanya menawarkan dua opsi: pembayaran tunai atau bagi hasil lewat konsinyasi. Namun, kata Djoko, mayoritas mitra binaan mengambil opsi pembayaran tunai lantaran pelaku usaha butuh dana segar untuk modal usaha kembali. LPB Baprida kini fokus mengembangkan koperasinya agar lembaga pemberdayaan itu bisa mandiri secara keuangan, tidak bergantung dana internal perusahaan.

Melalui serangkaian ikhtiar pemberdayaan tersebut, YDBA mengganjar LPB Baprida dengan predikat LPB terbaik selama tiga tahun berturut-turut pada 2012,2013, dan 2014. Dalam tiga tahun itu, kinerja LPB Baprida tergolong kinclong di antara 12 LPB lainnya se-Indonesia. Tahun 2015, Djoko melanjutkan, YDBA melengkapi prestasi LPB Baprida dengan menyematkan status the best.

“Kami sudah membina 307 UMKM, enam di antaranya berstatus mandiri, sisanya pra mandiri dan madya,” kata dia.

Toh, Djoko tak kunjung puas atas sederet prestasi tersebut. Sebab, ia berkeinginan, kelak bila Grup Astra tak lagi beroperasi di Kabupaten Banjar dan Tapin, LPB Baprida tetap mendampingi mitra binaan. “Dananya harus dari koperasi, tidak lagi mitra internal LPB.”

Lihat juga...