JAKARTA – Kementerian Luar Negeri RI, menyediakan beasiswa kursus bagi mahasiswa asal Eropa untuk mempelajari pengelolaan sawit lestari di Tanah Air, untuk menunjukkan upaya Indonesia menangani isu keberlanjutan industri sawit.
Bekerja sama dengan beberapa universitas, program ini memfasilitasi 15 mahasiswa Eropa pembelajaran selama satu minggu di Institut Pertanian Bogor (IPB) dilanjutkan praktik di rumah-rumah para petani sawit di Jambi.
“Selama observasi itu, mereka bebas bertanya kepada para petani dan pihak pabrik, pada akhirnya mereka tahu memang ada masalah (pengelolaan) kelapa sawit, tetapi kita sedang menangani itu,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu, Siswo Pramono di Jakarta, Rabu (20/12/2017).
Baca: PASPI: Sawit Ancam Industri Minyak Nabati Eropa
Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki kepentingan untuk memastikan aspek kelestarian dalam industri sawit.
Total pendapatan 20 miliar dolar AS per tahun dari industri sawit, 40 persen di antaranya berasal dari para petani kecil. Selain edukasi, Kemlu juga bekerja sama dengan Universitas Gttingen, Universitas Jambi, Universitas Tadulako dan Institut Pertanian Bogor untuk melakukan kajian-kajian transformasi lahan dari hutan menjadi perkebunan, intensifikasi pertanian sehingga produktivitas kelapa sawit bisa meningkat tanpa memperlebar lahan.
Hal itu dapat dilakukan dengan metode manajemen perkebunan sawit yang lebih bagus, cara pemeliharaan yang tidak mengganggu lingkungan, metode bibit yang lebih bagus dan rekayasa genetika untuk menghasilkan bibit yang bagus serta tidak melakukan pembakaran untuk pembukaan lahan.