LAMPUNG – Kehadiran mesin pemanen kombinasi (combine harvester) dengan fungsi menuai, merontokkan dan menampi dalam satu rangkaian operasi mulai dimanfaatkan oleh masyarakat petani pemilik lahan pertanian padi di Kecamatan Palas, Sragi, dan Penengahan sejak dua tahun terakhir.
Kehadiran mesin pemanen kombinasi atau dikebal combat tersebut menurut Suko (39) salah satu petani di Desa Sukaraja Kecamatan Palas, cukup membantu petani pemilik lahan luas dengan penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan penggunaan tenaga manual.
Suko menyebut, penggunaan alat mesin pemanen kombinasi tersebut secara langsung sudah mengurangi tenaga kerja padat karya yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh masyarakat dalam upaya memanen padi, diantaranya kaum wanita tenaga buruh potong padi hingga buruh merontokkan padi.
Meski demikian bagi petani penggunaan buruh panen tenaga manusia justru mengeluarkan biaya ekstra per hektar bisa mencapai Rp4 juta. Sementara untuk penggunaan mesin pemanen kombinasi hanya mengeluarkan biaya maksimal sekitar Rp3 juta.
“Menyesuaikan perkembangan teknologi, kehadiran alat pemanen kombinasi memang sudah seharusnya digunakan karena hasil panen bisa dengan cepat diperoleh dan tidak banyak gabah yang terbuang selama proses pemanenan. Dibandingkan sistem perontokan manual,” terang Suko, salah satu petani padi saat ditemui Cendana News di areal persawahan seluas ratusan hektar di Desa Sukaraja Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan, Kamis (14/12/2017).