JAKARTA – Amerika Serikat dan Israel sejatinya telah kalah telak terkait resolusi status Yerusalem dalam pemungutan suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun keduanya sepertinya tidak mau patuh atas hasil pemungutan suara tersebut.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi menilai, Amerika Serikat (AS) yang selama ini didewakan dalam persoalan demokrasi, ternyata justru menjadi negara yang paling tidak demokrasi. AS justeru dalam banyak kesempatan tidak menaati suara mayoritas terkait sejumlah isu.
“Seharusnya Amerika Serikat tunduk dan menghormati suara mayoritas karena itulah makna yang paling hakiki dalam sebuah demokrasi,” tandas Zainut, Sabtu (23/12/2017).
Sikap arogansi dan merasa paling berkuasa AS adalah bentuk kesombongan Amerika yang paling nyata. Seharusnya PBB memberikan sikap tegas karena resolusinya tidak diindahkan. PBB seharusnya memiliki keberanian untuk memberikan sanksi kepada AS atas pembangkangannya sehingga tidak dilecehkan dan memiliki wibawa.
PBB diminta tidak memberlakukan standar ganda. “Terhadap negara lain berlaku keras tetapi terhadap negara adidaya tidak berdaya,” tandas Zainut yang menyebut MUI juga tidak kecewa ketika petisi yang diajukan lembaga tersebut juga di tolak Amerika Serikat.
Lebih lanjut Zainut menyebut, MUI juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang turut menjadi sponsor resolusi untuk menolak pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. “Sikap ini menunjukkan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia bersama mayoritas dunia mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka dari cengkeraman penjajah zionis Israel,” pungkasnya. (Ant)