Paus dan Raja Abdullah Menilai Keputusan Trump Berbahaya

VATICAN CITY – Paus Fransiskus dan Raja Yordania Abdullah membahas keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keduanya mengatakan, keputusan tersebut Trump berbahaya bagi perdamaian di Timur Tengah.

Abdullah dan Paus berbicara secara pribadi selama sekitar 20 menit sebagai bagian awal dari lawatan raja Abdulah ke Vatikan dan Prancis. Vatikan menyebut, mereka membahas usaha memajukan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dengan merujuk khusus ke masalah Yerusalem dan peran Raja Yordania sebagai Pemelihara Tempat Suci.

Raja Abdullah berasal dari Wangsa Hasyim, pemelihara tempat suci Muslim di Yerusalem, membuatnya peka terhadap setiap perubahan kedudukan kota yang disengketakan tersebut. Ketika Trump mengumumkan keputusannya pada 6 Desember, Paus menanggapi dengan menyerukan status quo kota itu harus dihormati. Paus juga menyatakan, ketegangan baru di Timur Tengah akan mengobarkan konflik dunia.

Di antara kritik internasional, Yordania juga menolak keputusan AS tersebut, dengan menyerukannya secara hukum tak berlaku karena keputusan itu mendukung pendudukan Israel atas sektor bagian timur dari Yerusalem. Amerika Serikat terus terisolasi akibat keputusannya itu pada Senin (18/122017) ketika menghalangi seruan Dewan Keamanan PBB agar keputusannya ditarik.

Baik Vatikan maupun Yordania mendukung solusi dua-negara untuk mengatasi konflik tersebut. Keduanya sepakat status Yerusalem sebagai bagian dari proses perdamaian. Pihak Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara merdeka mereka di masa mendatang. Sedangkan Israel telah menyatakan seluruh kota itu menjadi ibu kotanya.

Lihat juga...