Pengamat: Pembelian “PI” Rio Tinto Harus Menguntungkan

JAKARTA — Pengamat ekonomi energi UGM Fahmy Radhi meminta rencana pemerintah membeli hak partisipasi (participating interest/PI) Rio Tinto di PT Freeport Indonesia (FI) sebesar 40 persen, harus menguntungkan bagi negara.

“Artinya, harga 40 persen PI Rio Tinto atau diperkirakan setara 36,14 persen saham divestasi FI, harus tetap mengacu perhitungan aset dan cadangan FI hingga 2021 saat kontrak karya berakhir,” katanya di Jakarta, Minggu.

Menurut Fahmy, rencana pemerintah membeli 40 persen PI Rio Tinto merupakan terobosan menuntaskan divestasi 51 persen saham FI yang terancam buntu.

Fahmy mengatakan harga pembelian 40 persen PI Rio Tinto mestinya lebih murah daripada harga saham divestasi FI, karena statusnya saat dibeli masih dalam bentuk PI, yang belum dikonversi ke saham.

“Penggunaan skema divestasi 51 persen saham Freeport melalui akuisisi 40 persen PI Rio Tinto merupakan keputusan tepat dan strategis. Keputusan itu tidak hanya akan memuluskan proses divestasi 51 persen saham FI, tetapi juga mendapatkan harga divestasi saham yang lebih murah,” ujarnya.

Fahmy menambahkan dengan kepemilikan 36,14 persen saham divestasi FI pascapembelian 40 persen PI Rio Tinto, maka total saham Pemerintah Indonesia menjadi sebesar 45,78 persen.

Pemerintah masih membutuhkan 5,22 persen untuk menggenapkan menjadi 51 persen saham divestasi Freeport Indonesia.

“Dengan sisa hanya 5,22 persen saham, maka mestinya proses divestasinya relatif lebih mudah dan cepat. Harga 5,22 persen saham itu tetap mengacu basis tahun 2021 saat pengakhiran kontrak karya,” tuturnya.

Untuk selanjutnya, perhitungan sisa harga saham divestasi Freeport Indonesia sebesar 5,22 persen dilakukan oleh konsultan independen dari FI dan PT Inalum (Persero), yang ditunjuk Kementerian BUMN melakukan divestasi saham Freeport.

Lihat juga...