Pengungsi Rohingya Tak Percayai Janji Myanmar

Ia mengatakan saat ini pengungsi Rohingya hidup dalam kondisi memprihatinkan meskipun ditampung dalam pengungsian. Para pengungsi disebut Humidor dalam kondisi memprihatinkan.

“Mereka hanya bisa bertahan hidup saja. Ini lah kenapa saya bilang belum saatnya pemulangan pengungsi sekarang. Karena saya pesimistis pemerintah Myanmar dapat memberikan hak-hak kami, fasilitas, dan memberikan optimisme kepada kami,” ujar pria berusia 30 tahun itu.

Kamp pengungsian, disebut Humidor, juga bukan tempat yang lebih baik untuk orang-orang Rohingya. Tetapi untuk kembali ke Myanmar tanpa jaminan pemenuhan hak dan martabat etnis Rohingya tidak akan memberikan hidup yang lebih baik bagi etnis Rohingya.

Ia berharap organisasi internasional terus mendesak pemerintah Bangladesh dan Myanmar untuk memberikan jaminan yang kuat bahwa pengungsi Rohingya bisa kembali ke Myanmar bersama hak-hak dan martabat mereka.

“Meskipun di pengungsian kalian memberikan mereka makanan sampai bangunan besar, mereka tidak merasakan seperti di rumah. Mereka semua berharap bisa kembali ke negara mereka tetapi dengan hak-hak dan martabat yang utuh,” kata Humidor.

Nestapa ratusan ribu anak Rohingya Arus pengungsi per minggu dalam krisis Rohingya adalah yang tertinggi sejak genosida etnis Tutsi oleh Hutu di Rwanda, Afrika, pada 1994. PBB menyebutnya arus pengungsi Rohingya paling cepat berkembang di dunia dan sekaligus mimpi buruk kemanusiaan dan hak asasi manusia.

PBB juga mengatakan Rohingya sebagai etnis yang paling menderita dan paling ditindas. Dan yang paling menderita adalah anak-anak Rohingya. Tinggal di pengungsian dengan status tanpa kewarganegaraan tidak menjamin masa depan mereka yang lebih cerah, sementara hidup mereka masih panjang.

Lihat juga...