Pentingnya P4 dan GBHN di Era Reformasi
MALANG – Generasi muda era kini yang tumbuh dengan tidak tahu dan tidak sadar akan dasar negara Pancasila, rupanya perlu diantisipasi. Oleh sebab itu, keberadaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dipandang penting dimunculkan kembali. Bisa pula membuat sistem pemahaman yang esensinya sama dengan P4.
Hal tersebut disampaikan Dosen Kewarganegaraan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonoi (STIE) Malangkucecwara, Hedher Tuakia.
Menurut Hedher, adanya sistem yang esensinya sama dengan P4 akan membuat anak-anak bangsa termasuk orang tua dan penyelenggara negara bisa terus memahami Pancasila secara utuh.
Di mata Hedher, kini banyak orang yang merasa kebingungan mengenai penafsiran dan pengamalan sila Pancasila. Karena, menurut Hedher pula, Indonesia tidak punya aturan dalam memahami Pancasila. Membahas sila pertama saja publik sudah berselisih.
Untuk itulah, sangat dibutuhkan adanya kesatuan pemahaman terhadap sila-sila Pancasila. Dari pemahaman yang menyatu tersebut, maka perilaku bangsa juga akan sama dengan apa yang dipahami dari tuntunan Pancasila.
“Jadi pemerintah harus membuat model yang baru tapi esensinya sama, yaitu memiliki tujuan agar masyarakat bisa memahami Pancasila dengan benar dan ada kesatuan pemahaman,” tuturnya.
Hedher menegaskan, tidak tahu nanti apa namanya, tapi harus ada. Karena bagi Indonesia, Pancasila memiliki arti yang sangat penting demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Lebih lanjut, Hedher juga menyayangkan, dihapusnya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak era reformasi. Menurut Hedher, dengan adanya GBHN akan membuat bangsa Indonesia dalam sistem perencanaan dan pelaksanaan pembangunan negara yang lebih terarah.