Pertahankan Kearifan Lokal, Nelayan Keramat Gunakan Alat Tradisional

Peralatan alat tangkap sero tersebut diakui Wayan mempergunakan bambu yang dibentuk menyerupai pagar dan mengarahkan ikan ke perangkap dengan kondisi ikan masih tetap hidup.

Proses pengambilan ikan tersebut tetap mempergunakan perahu ketinting. Untuk mengangkut hasil tangkapan kerap dibantu oleh sang anak. Ikan yang terperangkap selanjutnya diambil menggunakan sero. Setelah terkumpul dalam jumlah banyak umumnya dilakukan pada sore hari dengan memperhitungkan kondisi cuaca, sehingga proses pengambilan ikan lebih mudah.

Hutan bakau yang masih dipertahankan oleh warga di Dusun Keramat, Desa Sumur sebagai habitat ikan dan penempatan alat tangkap tradisional. [Foto: Henk Widi]
Selain dipergunakan sebagai tempat menangkap ikan, katanya, khusus untuk hasil tangkapan jenis udang lobster Wayan bahkan menyiapkan lokasi khusus untuk penangkaran, sehingga bisa dijual saat ukuran sudah layak dijual.

Wayan yang sebelumnya memiliki usaha budi daya rumput laut di tepi pantai Dusun Keramat mengaku sempat berhenti akibat kerugian cukup besar terjangan ombak, sehingga sementara waktu ia beralih ke alat tangkap ikan tradisional memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penggunaan modal yang minim dengan alat tangkap tradisional diakuinya selain dianjurkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan juga oleh Kepolisian Perairan yang gencar melalukan sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan.

Nelayan lain yang menerapkan alat tangkap tradisional, di antaranya Sampra (40). yang mengandalkan bubu dasar dengan jumlah puluhan buah terbuat dari kawat dengan panjang sekitar 1 meter dan lebar 50-75 sentimeter dan tinggi sekitar 25-30 sentimeter, yang dibuat dengan proses membeli bahan baku berupa kawat.

Lihat juga...