Perubahan Lingkungan Pesisir Timur Lampung Berdampak pada Budidaya Kerang Hijau
LAMPUNG — Lingkungan di Pesisir Timur mengalami perubahan. Gelombang pasang sudah menghilangkan daratan sekitar 20 hingga 30 meter. Sebagian pohon waru, cemara, mangrove dan kelapa di wilayah itu tumbang.
Kebutuhan akan lahan untuk perumahan dan lahan tambak memberikan konstribusi perubahan lingkungan.
Perubahan lingkungan itu berdampak pada aktivitas budidaya nelayan di wilayah pesisir di antaranya pera pembudidaya Kerang hijau (perna viridia) dan rumput laut spinosum (eucheuma spinosum).
Menurut salah seorang pembudidaya kerang hijau dan rumput laut Duseun Sukabndar, Desa Legundi Amran Hadi, mulai cuaca buruk hingga gelombang pasang, arus kencang dalam beberapa pekan berimbas pada area budidaya kerang hijau dan rumput laut.
Perubahan cuaca berpengaruh pada pertumbuhan kerang hijau dan rumput laut. Pada jenis kerang hijau dari 4.000 buah tiang pancang bambu yang disiapkan untuk tempat hidup kerang hijau (dengan tambahan ban bekas kendaraan roda dua sebagian ban roda empat sebanyak 10.000 buah) sebanyak 500 rusak diterjang gelombang.
Meski demikian budidaya kerang yang sudah dilakukan sejak September tersebut sudah kembali dilakukan proses penggantian pancang dari bambu baru dengan total 1.000 buah bambu dibelinya.
“Peristiwa alam gelombang tinggi kerap terjadi, sangat berdampak saat terjadi angin timur dan angin barat. Gelombang mengakibatkan rusaknya fasilitas budidaya. Ini bisa diatasi dengan proses penyulaman penggantian pelampung atau jalur untuk budidaya rumput laut serta penggantian tiang pancang untuk budidaya rumput laut,” papar Amran kepada Cendana News.
Pembukaan lahan untuk tambak dan perumahan juga berdampak pada pencemaran laut tempat budidaya kerang hijau dan rumput laut akibat penggunaan zat pembasmi tanaman mangrove. Selain zat pembasmi tanaman penggunaan pestisida dan zat kimia lain untuk pembersihan tambak mengganggu pertumbuhan rumput laut.