MAKASSAR — Provinsi Sulawesi Selatan dikelilingi gugusan pulau-pulau kecil. Tak heran, jika kekayaan laut di pulau ini begitu melimpah. Seperti hasil laut perikanan dan terumbu karang yang indah. Namun, saat ini banyak terumbu karang mengalami kerusakan.
Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, terumbu karang yang ada yang benar-benar baik hanya tersisa 30 persen. Dan, daerah yang paling parah mengalami kerusakan terumbu karang adalah pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Kota Makassar.
“Tujuh puluh persen terumbu karang di Sulawesi Selatan mengalami kerusakan yang sangat parah, baik itu karena penangkapan ikan secara ilegal seperti pembommn dan pembiusan”, kata Andi Baco Tancung, staf bidang penataan laut dan pulau-pulau kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (6/12/2017).
Diperlukan perhatian pemerintah dalam penanganan terumbu-terumbu karang yang ada di Sulawesi Selatan ini, seperti pengawasan terhadap nelayan-nelayan yang melakukan penangkapan secara instan, yaitu pemboman, pembiusan, cantrang serta pukat. Kegiatan penangkapan seperti itu dapat merusak pertumbuhan terumbu karang.
Melihat perkembangan sekarang, pemerintah sudah sangat memperhatikan kerusakan terumbu karang. Misalnya di Kabupaten Pangkep, yang memiliki 115 pulau, kepolisian setempat melakukan pemantauan terhadap nelayan Pangkep, sehingga sekarang terumbu karang di perairan Kabupaten Pangkep mulai membaik.
Baso Tancung mengatakan, pemerintah juga sudah mulai membentuk UPTD, sehingga bisa melakukan monotoring. Juga sosiallisasi pengelolan ikan secara berkelanjutan, sehingga tidak memperparah kerusakan terumbu karang.