JAKARTA – Puisi tak hanya sekedar kata-kata, tapi juga bisa menjadi senjata. Bahkan, bisa menjadi alat perjuangan.
Demikian yang dilakukan penyair Taufiq Ismail. Dengan puisi, ia mengutuk kekejaman komunis, bukan hanya PKI di Indonesia, tapi juga partai-partai komunis di seluruh dunia.
“Terima kasih atas kesempatan ini, saya ingin sampaikan pengaduan kekejaman PKI ini dengan puisi,“ kata Taufiq Ismail, kepada Cendana News, usai turut mengadukan pelanggaran HAM berat oleh PKI 1948-1965 di Ruang Asmara Nababan, Gedung Komnas HAM, Jl. Latuharhari No.4B, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).
Lebih lanjut, Taufiq menerangkan, dirinya menghadapi masalah kekejaman PKI ini berbicara dengan angka-angka.
“Mari kita memakai angka-angka dalam berbicara tentang ideologi dunia. Komunisme, Maxs dan Lenin, pemimpinnya, membunuh 4.500 orang setiap hari selama 74 tahun atas nama ideologi yang namanya komunisme”, katanya.
Menurut Taufiq, 120 juta jumlah manusia komunis di seluruh dunia, jadi jangan berpikir hanya ada di Indonesia saja.
“Dapatkah kita membayangkan, 4.500 orang setiap hari dijagal, betapa amat sangat sadisnya!” tegasnya.
Taufiq menyayangkan, kebanyakan dari kita hanya dengan wacana. “Itu memang betul, tapi yang luput dari pengamatan, orang komunis membunuh 4.500 orang setiap hari selama 74 tahun atas nama ideologi yang namanya komunisme!” Taufiq, kembali menegaskan.
Kemudian, bagaimana taktik menghadapi mereka?
Dalam buku mereka sendiri ada 17 langkah bimbingan perjuangan ideologi komunis yang dianut partai komunis sedunia, yang juga dipakai PKI.
“Yang pertama kali adalah berdusta, ingin mengubah angka-angka,“ bebernya.