Tumpangsari Jabon dan Jagung, Keuntungan Berlipat Petani Sumbernadi
LAMPUNG – Upaya mendapatkan hasil maksimal dalam bidang pertanian terus dilakukan oleh petani di wilayah Desa Sumbernadi Kecamatan Ketapang dengan melakukan proses penanaman jagung melalui tanaman jati ambon atau dikenal dengan jabon.
Menurut Karso (29) sebagian lahan pertanian jagung di wilayah tersebut berada di lahan perbukitan dan ditanami dengan tanaman kayu keras di antaranya jenis medang dan bayur namun karena usia panen tanaman mencapai 10 hingga 15 tahun warga beralih menanam jabon.
Usia tanam jabon dengan maksimal 6 tahun sebagai bahan palet membuat tanaman tersebut bisa ditanam bersama tanaman jagung yang sudah bisa dipanen saat usia sekitar 100 hingga 120 hari.
Pola penanaman jabon dan jagung disebut Karso sudah dikembangkan oleh warga Sumbernadi dengan keuntungan berlipat untuk jangka pendek dan jangka panjang. Lahan seluas satu hektar dengan hasil sekitar 6 ton dan harga pe rkilogram jagung saat ini mencapai Rp2.600, dirinya bisa memperoleh omzet budidaya jagung sekitar Rp15,6j uta dengan jangka waktu pendek sembari menunggu masa panen jabon.
“Keluarga saya sudah menerapkan sistem tumpangsari jagung dan jabon selama lebih dari sepuluh tahun. Hasilnya cukup menjanjikan dengan dua kali panen tanaman jabon dan puluhan kali panen jagung seluas satu hektar,” terang Karso yang mengaku melanjutkan sistem penanaman jagung dan jabon tersebut dari sang ayah pada lahan pertanian jagung di Desa Sumbernadi saat ditemui Cendana News di lahan jagung miliknya, Senin (18/12/2017).