WALHI: Kapitalisme Biang Kerok Bencana Ekologis

JAKARTA – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) akan menggelar kegiatan temu rakyat dan konferensi lingkungan hidup Indonesia mulai 11 hingga 13 Desember 2017 di Cibubur Jakarta untuk berbagi pengalaman dalam memperjuangkan sumber-sumber kehidupan.

“Temu rakyat merupakan media bagi masyarakat adat atau masyarakat lokal, laki-laki dan perempuan, yang selama ini memperjuangkan sumber-sumber kehidupannya, baik yang hari ini masih terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari negara, dari berbagai ancaman klaim baik klaim negara dan korporasi, maupun komunitas masyarakat yang sudah berhasil mendapatkan pengakuan dari negara,” kata Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Nur Hidayati di Jakarta, Rabu (6/12/2017).

Temu rakyat ini, menurut dia, akan menjadi momentum bagi sesama komunitas untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, saling memperkuat dan membangun solidaritas antara sesama komunitas di dalam kerangka memperjuangkan hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupannya.

Temu rakyat ini sekaligus ingin menegaskan, bahwa rakyat sesungguhnya mampu mengelola kekayaan alamnya secara adil dan berkelanjutan, dibandingkan dengan model penguasaan korporasi skala besar yang terbukti telah gagal, dengan berbagai fakta krisis yang kita saksikan hari ini. Ketimpangan, kemiskinan, konflik tenurial, pelanggaran hak asasi manusia, bencana ekologis dan perubahan iklim.

Nur Hidayati yang akrab disapa Yaya, juga mengatakan, sebagai organisasi lingkungan hidup tertua dan terbesar di Indonesia, Walhi menilai selama ini biang kerok dari krisis ekologis dan bencana ekologis di Indonesia adalah sistem ekonomi kapitalisme yang melihat kekayaan alam sebagai onggokan komoditas tanpa pernah mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung lingkungan, serta mendelegasikan seluruh penguasaan dan pengelolaan kekayaan alam kepada korporasi skala besar.

Lihat juga...