Harga Rendah tak Pengaruhi Minat Petani Tanam Jagung
Editor: Satmoko
LAMPUNG – Ratusan petani jagung di wilayah Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan sebagian mulai memanen tanaman jagung berusia sekitar empat bulan.
Rasmini (40) salah satu petani jagung mengaku, memanen jagung miliknya dan langsung dibeli oleh pabrik pengolahan jagung yang ada di Ketapang. Ia menyebut harga jagung terbilang masih rendah dalam kondisi pipilan seharga Rp3.050 per kilogram.
Harga jagung yang ideal diakui Rasmini berkisar Rp4.000 per kilogram menyesuaikan harga bibit yang mencapai Rp400.000 per kampil (isi 5 kilogram) belum termasuk biaya operasional pengolahan lahan, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan. Meski demikian, ia menyebut, panen raya berimbas pasokan jagung melimpah menjadi penyebab anjloknya harga jagung. Dengan perolehan sekitar 5 ton dan harga jual Rp3.050 ia mengaku memperoleh uang sekitar Rp15,2 juta.
“Keuntungan petani jagung di wilayah Ketapang sebagian mempergunakan pola kemitraan mulai permodalan bibit hingga jaminan jagung diterima pabrik sehingga petani tidak khawatir untuk menjual hasil panen,” beber Rasmini, salah satu petani jagung di Desa Bangunrejo Kecamatan Ketapang saat ditemui Cendana News di lahan jagung miliknya, Rabu (28/2/2018).

Kondisi cuaca yang mulai didominasi hujan dimanfaatkan petani seperti Rasmini untuk melakukan proses pembersihan lahan pertanian dengan pembakaran limbah jagung (pemerunan). Proses pemerunan diakuinya dipercepat memperhitungkan faktor cuaca yang cukup baik sehingga pasca pembersihan lahan akan dilakukan pembajakan lahan dengan traktor tangan.
Rasmini menanam jagung jenis DK dan Pacific yang memiliki bobot bagus saat ditimbang.
“Setelah proses pembersihan lahan dan pengolahan lahan pasca panen bisa dilakukan penanaman kembali maksimal setengah bulan ke depan,” beber Rasmini.
Ia menyebut, tidak kapok menanam jagung dengan harga yang cenderung turun karena lokasi yang cukup strategis. Lokasi yang berada di dekat jalan lintas timur seluas satu hektar kerap mengalami kekeringan dan tidak bisa ditanami jagung. Musim hujan yang mulai datang disebutnya dengan cepat dimanfaatkan oleh petani jagung untuk menanam jagung pada pertengahan Maret.
Minat menanam jagung yang masih tinggi meski harga anjlok diakui oleh Suripto (30) salah satu petani yang memanen jagung jenis NK. Ia menyebut, memanen jagung miliknya sebanyak 6 ton dengan hasil sekitar Rp18,3 juta dan dipergunakan untuk membayar hutang modal, pupuk dan obat-obatan. Sisanya dipergunakan untuk membeli bibit untuk penanaman jagung tahap berikutnya.
Ia menyebut, masih tetap menanam jagung dengan perhitungan sistem penanaman mudah dan bisa dipanen setahun tiga kali. Meski kerap terkendala kesulitan cuaca termasuk kebutuhan bibit dan pupuk, Suripto mengaku menanam jagung memberi keuntungan baginya. Lahan yang tidak bisa diolah menjadi lahan sawah untuk menanam padi sekaligus menjadi pilihan untuk menanam jagung.
“Selain lokasi strategis dekat dengan pabrik, kami memanfaatkan lahan yang hanya cocok ditanam jagung dan menghasilkan,” bebernya.

Selain kadar air tinggi akibat musim hujan sebagian jagung yang belum dipanen rentan berkecambah di batang. Sebagian petani yang dekat dengan pabrik bahkan segera menjual jagung hasil panen untuk dikeringkan dengan mesin pengering. Risiko jagung busuk dan berkecambah membuat petani segera memanen jagung meski harga masih cukup rendah, menghindari kerugian lebih besar.