Warga Inggris Apresiasi Batik Sebagai Karya Seni
LONDON – Warga Inggris peserta kelas membatik yang diadakan dalam rangkaian pameran Nusawastra Silang Budaya: Indonesian textiles at the Crossroad of Culture mengapresiasi batik sebagai karya seni. Batik dianggap sebagaimana karya lukisan.
Sekitar 50 warga Inggris mendaftarkan diri mengikuti demo batik yang dipandu Siti Maimona dan Adita Ningsih. Dua wanita yang akrab disapa Mai dan Dita adalah perajin batik asal Madura, yang dihadirkan KBRI London selama dua hari tanggal 20-21 April dalam acara tersebut.
Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI LondonOkky Diane Palma mengatakan, sebelum acara kelas membatik Siti Maimona dan Adita Ningsih memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan untuk membatik mengunakan bahan alami seperti jelaweh, manggis, munduh kulit mengkudu, secang, dan tunjung untuk menciptakan warna merah, biru, kuning, dan indigo.
Disampaikan bahan alami lainnya seperti gula aren, tawas, dan kapur juga dapat digunakan untuk mengikat warna, melekatkan warna, serta membuat warna tampak lebih pekat.
Seorang peserta yang tinggal di London mengaku baru kali ini ia diperkenalkan dengan bahan alami khas Indonesia menjadi sumber pewarnaan batik Madura. “Saya pernah mewarnai tekstil, tapi menggunakan bahan kimia,” ujarnya sambil tekun mendengarkan penjelasan proses membatik lebih lanjut.
Sementara itu kolektor wastra Indonesia dan penulis buku Nusawastra Silang Budaya Quoriena Ginting menyebut, ada ikatan emosional yang pasti tercipta setiap kali membatik. “Bila ingin membatik harus dalam suasana senang dan berpikiran bersih serta jernih karena akan terlihat hasilnya di kain. Kalau secara emosi tidak pas,” ujarnya.