Budi Daya Jamur Tingkatkan Ekonomi Warga

Editor: Koko Triarko

YOGYAKARTA – Sebagai upaya memberdayakan ekonomi warga desa, Posdaya Sadewo di Dusun Pereng, Bumirejo, Lendah, Kulonprogo, mendorong warga untuk menanam dan membudidayakan jamur tiram. Usaha budi daya jamur tiram ini dipilih karena dinilai relatif mudah dalam hal perawatan, namun memiliki hasil yang cukup menguntungkan. 
Ketua Posdaya Sadewo, Wasino, mengatakan pemberdayaan di bidang ekonomi memang menjadi salah satu prioritas Posdaya Sadewo dalam menjalankan programnya. Hal itu disebabkan masih banyak masyarakat dusun Pereng yang berada di bawah garis kemiskinan.
“Kita mulai sejak awal Posdaya berdiri pada 2014. Melaui kelompok tani yang ada, kita ajak warga dusun untuk menanam jamur tiram. Kita membeli bibit dan media log jamur di daerah Wates, lalu kita pelihara di sini,” katanya.
Dengan harga sekitar Rp2.000 per log, media jamur kemudian ditempatkan oleh warga dalam sebuah kandang. Perawatan dilakukan dengan cara menyemprot dan menyiram media jamur, untuk menjaga kandang dalam kondisi lembab. Dalam kurun waktu 3 bulan, media akan terus tumbuh jamur dan selama itu bisa dipanen.
“Selain memiliki kandang kelompok dengan kapasitas 1.000 log jamur, kita juga memiliki beberapa kandang lain. Jadi, selain di kandang kelompok, warga juga membudidayakan jamur di kandang yang ada di rumah masing-masing,” katanya.
Wasino menuturkan, dalam beberapa hari sekali, setiap warga akan menyetor jamur hasil panenen kepada kelompok untuk dikumpulkan. Setelah terkumpul jamur basah, selanjutnya akan dijual ke pasar-pasar oleh salah seorang anggota kelompok posdaya.
“Untuk waktu panen tidak pasti setiap hari. Kadang bisa dua-tiga hari sekali. Biasanya sekali panen kita bisa mengumpulkan hingga 20 kilogram jamur basah. Satu kilo jamur basah dijual seharga Rp9-10 ribu,” katanya.
Selain menjual jamur dalam bentuk basah, warga dusun Pereng melalui Posdaya Sadewo, juga telah mampu membuat olahan makanan dari jamur. Melalui ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita (KWT) yang ada, mereka mengolah jamur tersebut menjadi produk keripik kering.
“Keripik jamur tiram ini dibuat untuk meningkatkan nilai jual hasil panen jamur. Karena setelah diolah, harganya bisa meningkat,” ungkapnya.
Seperti halnya hasil panenan berupa jamur basah, keripik jamur tiram yang dihasilkan warga juga akan dikumpulkan untuk kemudian dijual di pasar-pasar, warung, maupun mini market. Keripik jamur tiram yang diproduksi warga bisa dijual seharga Rp80 ribu per kilogram.
Sebelum usaha budi daya dan pengolahan keripik jamur ini berkembang, Posdaya Sadewo secara rutin melakukan pembinaan dengan cara melatih warga dusun. Baik itu terkait teknik budi daya, hingga inovasi dan cara pengolahan pascapanen. Salah satunya adalah dengan melibatkan pihak perguruan tinggi melalui kegiatan KKN.
“Adanya usaha budi daya jamur tiram ini, tentu dapat semakin meningkatkan ekonomi warga dusun. Warga bisa mendapatkan penghasilan tambahan, baik dari membudidayakan jamur atau pun membuat olahan keripik jamur,” ujarnya.
Lihat juga...