Film ‘Sesat’, Ingatkan Duka Berlebih Bisa Sebabkan Petaka
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Kehilangan ayah memang sangat menyedihkan. Apalagi, ayah yang begitu sangat sayang. Duka cita yang sangat mendalam, hingga kemudian apa saja dilakukan, agar bisa bicara dengan sang ayah, meski sesat dan berakibat sangat fatal, bahkan menjadi petaka yang mengancam keselamatan diri, keluarga hingga teman-teman. Demikian mengemuka dari film ‘Sesat: Yang Sudah Pergi Jangan Dipanggil Lagi’.
Film ini diawali dengan adegan Amara (Laura Theux) yang lari pagi ditemani ayahnya, (Willem Bivers). Pagi itu terasa lain bagi Amara, seperti ada firasat yang tak enak terjadi di antara mereka berdua. Sang ayah begitu sangat perhatian dan penuh kasih sayang, serta mendukung penuh pada Amara untuk menjadi atlet lari.
Tak lama dari lari pagi bersama, sang ayah meninggal dunia, menjadi sebuah pukulan yang sangat berat bagi Amara. Sosok ayah yang selama ini begitu menyayanginya dipanggil Illahi. Hubungan Amara yang buruk dengan sang ibu (Vonny Cornelia) malah kini semakin memperuncing kegundahan hati Amara.
Amara frustasi, karena benar-benar merasakan kehilangan ayah. Apalagi ketika Amara, ibu, dan adiknya (Rebecca Klopper) harus pindah ke rumah Opanya (Arswendy Bening Swara), di Desa Beremanyan, sebuah desa yang jauh dari kota. Tidak ada internet, seperti desa yang sangat terbelakang dan masih terisolasi. Hanya sekumpulan orang uzur tinggal di desa itu.
Sang Opa yang mengajak keluarga Amara untuk pindah ke Desa Beremanyan. Hal itu karena Opa yang berprofesi sebagai novelis ,punya catatan yang ingin disampaikan untuk novel terbaru yang dibuatnya.
Tinggal di desa terpencil, membuat Amara semakin bertambah gelisah. Bahkan membuat dirinya semakin sedih kehilangan ayahnya, dan lebih suka menyendiri dan tertarik dengan hal-hal yang menjadi kebiasaan masyarakat desa yang semua penduduknya orang tua.
Setiap matahari terbenam, semua penduduk serentak keluar rumah membawa sajen sambil mengucapkan mantra mengerikan. Ternyata, di desa itu ada sumur keramat yang dihuni Setan Beremanyan yang bisa mengabulkan permintaan.
Amara ingin mengobrol dengan almarhum papa untuk terakhir kali dan melakukan ritual memanggil Beremanyan. Ternyata, Beremanyan bukan mengabulkan permintaan, malah mencelakai semua orang yang dicintai.
Amara juga mulai tertarik pada sebuah lukisan tua yang terpajang di rumah Opanya. Namun, ketika waktu istirahat sudah tiba, Amara mulai diganggu oleh hal-hal yang tidak masuk akal.
Hal-hal yang justru membuatnya semakin penasaran. Celakanya, rasa penasaran ini berakibat buruk bagi ibu, adik, dan bahkan teman-teman sekolahnya.
Baca Juga