Paska Gempa Sulteng, Warga Desa Salua Khawatirkan Banjir Bandang
Editor: Mahadeva WS
SIGI – Ratusan warga di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Selatan, mulai mengkhawatirkan bahaya longsor dan banjir bandang, di daerahnya.

Sejumlah titik akses jalan saat ini, mulai diperbaiki. Terutama yang berada di sekitar Desa Salua, Desa Tuva, yaitu jalan penghubung dengan kecamatan lain seperti, Kecamatan Kulawi Selatan, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa. Perbaikan dengan alat berat milik Pemda Sigi, membuat warga kembali memiliki akses dengan normal, meski sebagian jalan masih tetap rusak.
Retakan jalan di sejumlah titik, hingga pekan kedua paska gempa, Jumat (29/9/2018) silam, belum diperbaiki dan sebagian masih dibiarkan rusak. “Saat gempa terjadi, aliran sungai Salua tertimbun longsoran dari lereng perbukitan dan membuat banjir bandang, bahkan pohon pohon besar ikut terbawa arus,” terang Yohanes, saat ditemui Cendana News, Sabtu (13/10/2018).
Volume air bertambah, akibat terbendung longsoran, membuat Desa Salua mengalami dampak bencana gempa berikut banjir bandang. Kondisi tersebut membuat sejumlah rumah mengalami kerusakan akibat gempa dan banjir bandang. Banjir mengakibatkan delapan warga meninggal dunia, luka ringan 175 orang, luka berat 25 orang, kerusakan rumah ringan 162 unit.
Yohanes menyebut, di Oktober biasanya hujan mulai turun di wilayah tersebut. Hal itulah yang mendorong kemunculan rasa khawatir warga terhadap kemungkinan terjadinya banjir bandang. Kondisi desa yang berada di daerah aliran Sungai Salua, membuat warga khawatir banjir bisa terjadi sewaktu-waktu.
Saat ini disebutnya, warga melakukan ronda dan penjagaan, jika hujan turun malam hari, agar bisa memberitahu warta jika terjadi banjir bandang, untuk meminimalisir kerugian. Kekhawatiran Yohanes bukan tanpa alasan, kerusakan dampak gempa bumi masih belum lepas dari ingatan. Fenomena tanah bergerak atau likuefaksi, membuat wilayah di Kabupaten Sigi tepatnya di Petobo, menghilangkan bangunan dan penghuninya. Termasuk di wilayah Balaroa, Sulawesi Tengah.
Kekhawatiran warga, mendorong masyarakat masih belum berani kembali ke rumah. “Kami khawatir, karena gempa gempa kecil masih terasa, sehingga kami membuat tenda dan juga mengkuatirkan banjir bandang,” terang Yohanes.

Selain di Desa Salua,Kecamatan Kulawi, kondisi belum normal juga dialami oleh warga di Desa Omu Kecamatan Gumbasa. Di desa yang berbatasan dengan Desa Simoro, Desa Tuva, Desa Bangga tersebut, sebagian mengalami kerusakan pada bangunan rumah warga dan sekolah.
Kunjungan tim Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) Siti Hartinah Soeharto, untuk meninjau dan membantu di sejumlah titik di Kecamatan Kulawi, dipimpin H. Muhamad Yarman bahkan, dibarengi dengan pemberian bantuan kepada korban bencana gempa.

Bantuan dari YDGRK disebutnya, memiliki nilai yang tidak besar, namun dapat disalurkan ke sejumlah wilayah yang membutuhkan, terutama yang belum tersentuh bantuan. Pemilihan lokasi yang terpencil, dilakukan untuk memberikan dukungan moral, agar warga terdampak bencana alam bisa cepat bangkit.
Warga yang mengalami kerusakan pada sejumlah rumah dan harus tinggal di tenda, harus mulai berhadapan dengan resiko musim hujan, sehingga daya kesehatan bisa berkurang. Bantuan tenda, diakuinya masih sangat diperlukan, bersama obat-obatan.