Sadok Nonga, Tinju Tradisional Desa Bantala Lewolema
Editor: Koko Triarko
LARANTUKA – Dalam pembukaan festifal Nubun Tawa di Desa Bantala, kecamatan Lewolema, kabupaten Flores Timur, atraksi Sadok Nonga merupakan salah satu atraksi yang dipentaskan warga desa Bantala.
“Tinju adat ini biasa diselenggarakan saat ritual pesta panen padi berakhir, dan biasanya dilakukan untuk menguji kekuatan seorang lelaki dewasa,” sebut Yohanes Pati Ritan, tetua adat kecamatan Lewolema, Sabtu (6/10/2018).
Dikatakan Yan, sapaannya, ritual tanam dan panen biasanya selalu diadakan sebagai penghormatan kepada Dewi Padi atau Nogo Buno, semacam Dewi Sri yang meninggal dibunuh saudaranya dan menjelma menjadi padi dan memberikan hasil panen berlimpah.

Hendrikus Lowe Hurit, warga Desa Bantala menyebutkan, Sadok Nonga merupakan tinju tradisional dari Desa Bantala, kecamatan Lewolema, dengan media kantong anyaman dari daun Lontar atau Koli.
“Tinju ini biasanya dilakukan pada hari akhir panen padi di sekitar mezbah (Padu Era), yang ada di tengah ladang. Biasanya dilakukan setelah semua padi dimasukkan ke dalam pondok atau lumbung di tengah kebun atau ladang,” sebutnya.
Padi terakhir yang dipanen, kata Hendrikus, disimpan dalam wadah (Karane) yang berukuran tidak besar untuk kemudian diantar menuju pondok tempat penyimpanan padi yang berukuran lebih besar.
“Wadah yang kecil dan sedang tersebut kemudian diisi jerami, dan dibawa oleh para pria ke sekitar Mezbah (Nuba), disertai teriakan menantang pria-pria yang di sana untuk memukul sekuat tenaga dan sekeras mungkin,” jelasnya.
Tangan yang dikepal, sebut Hendrikus, saat memukul wadah berisi jerami tersebut dilakukan para pria, mereka melakukannya dengan sekuat tenaga agar bisa menyobek wadah (Karane) tersebut atau kepala tangan menembus wadah.
Baca Juga