Ritual Widin Tana, Mengantar Hewan Kurban Menuju Mahe

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Ada yang unik dalam perayaan ritual adat Gren Mahe di Mahe Kringa, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Jumat (30/11). Semua warga hadir dan mengarak hewan kurban yang telah dirias, menuju tempat ritual adat atau mahe, yang berjarak sekitar 400 meter arah barat rumah Kepala Suku.

Hewan utama yang dijadikan persembahan atau kurban kepada wujud tertinggi (Amapu) dihiasi dengan kain tenun, dan didandani atau dirias sebaik mungkin. Kambing ini lalu diarak dengan dipimpin kepala suku, diikuti segenap anak suku dari empat suku di Mahe Kringa, yakni suku Kringa, Liwu, Lewar dan Aur.

“Ritual adat ini dinamakan Widin Tana, mengantar hewan kurban seekor kambing jantan yang dirias dengan selembar kain tenun dan memakai  daun kelapa yang dikalungkan di leher kambing,” sebut Laurensius Rogan Liwu, Kepala Suku etnis Tana Ai Mahe Kringa, Minggu (2/12/2018).

Rofinus Dolo (kiri), juru bicara masyarakat adat etnis Tana Ai Mahe Kringa. -Foto: Ebed de Rosary

Dikatakan, Rensu, sapaannya, hewan kurban utama berupa seekor kambing jantan harus dirias seperti manusia, sebab akan dipersembahkan kepada wujud tertinggi, sehingga kurbannya harus indah.

“Kita harus mempersembahan hewan kurban yang terbaik dan harus didandani, sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan kepada wujud tertinggi sang pencipta langit dan bumi. Dia yang diyakini sebagai pemberi kehidupan dan harus dihormati,” tuturnya.

Rofinus Dolo, tetua masyarakat Mahe Kringa yang juga dipercaya sebagai juru bicara, menjelaskan, hewan kurban utama ini diantar ke Mahe dan Lepo atau rumah besar tempat dilaksanakan ritual adat Gren Mahe. Hewan tersebut harus dihias dulu oleh tetua adat dan kepala suku.

Lihat juga...