Mengenal Sejarah Penyebaran, Gejala dan Cara Mengatasi Penyakit Cacar Monyet

Editor: Mahadeva

Koordinator One Health Collaborating Center (OHCC) UGM, Prof Wayan Tunas Artama (ist/ Foto: Jatmika H Kusmargana)

YOGYAKARTA – Sejak beberapa waktu terakhir, masyarakat Indonesia ramai memperbincangkan penyakit cacar monyet atau Monkeypox.  Hal itu tak terlepas karena munculnya kasus penyakit cacar monyet di Singapura, yang dibawa oleh seorang warga Nigeria yang terbukti positif mengidap Monkeypox

Sebenarnya apakah Monkeypox atau penyakit cacar monyet itu? Bagaimana sejarah kemunculan dan penularan penyakit ini? Seperti apa gejala, serta bagaimanakah mengatasinya?  Pakar biokimia Fakultas Kedokteran Hewan sekaligus Koordinator One Health Collaborating Center (OHCC) UGM, Prof Wayan Tunas Artama menyebut, Monkeypox atau Cacar Monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Orthopox.

Penyakit itu merupakan penyakit zoonotic atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. “Penularan penyakit ini termasuk kasus yang sangat jarang terjadi dan pertama kali terjadi di pedalaman Central dan West Africa di daerah hutan tropis,” jelasnya.

Cacar Monyet mirip dengan cacar pada manusia, yang disebakan Smallpox.  Namun memiliki angka kematian satu hingga 10 persen. Angka kematian biasanya akan lebih banyak pada penderita yang masih relatif muda.  “Virus Cacar Monyet kebanyakan di transmisikan ke orang melalui berbagai jenis Satwa liar seperti Primata (monyet), akan tetapi penyebaran dari manusia ke manusia masih sangat terbatas,” katanya.

Sampai saat ini, belum ada obat atau vaksin untuk cacar monyet. Namun, orang yang sudah pernah di vaksin smallpox akan memiliki kekebalan silang dengan penyakit tersebut hingga 85 persen. Sayangnya, vaksin smallpox sudah tidak ada lagi, karena vaksinasi sudah berakhir di 1980-an. “Gejala Monkeypox mirip dengan Smallpox. Berupa demam, sakit kepala, nyeri otot dan berlanjut dengan benjolan kecil di seluruh tubuh,” bebernya.

Lihat juga...