KAIRO – Mesir pekan ini akan mendesak Ethiopia agar menyetujui mediator eksternal untuk membantu menyelesaikan persengketaan rumit soal bendungan tenaga air raksasa, yang sedang dibangun di Nil Biru, Ethiopia, kata pejabat, pada Minggu (20/10).
Mesir menganggap bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) sebagai risiko yang ada di depan mata dengan mengkhawatirkan, bahwa bendungan itu bakal mengancam pasokan air di Mesir dan pembangkit listrik di bendungannya sendiri di Aswan.
Pemerintah di Kairo mengatakan, sudah berusaha keras untuk mencapai kesepakatan tentang persyaratan pengoperasian GERD dan pemenuhan waduk di luar itu, setelah beberapa tahun pembicaraan segitiga bersama Ethiopia dan Sudan.
Ethiopia membantah, bahwa pembicaraan tiga arah itu terhenti, justru menuding Mesir mencoba menghindari proses tersebut.
Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, diperkirakan bakal melontarkan permintaan mediator saat bertemu dengan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, selama KTT Rusia-Afrika di Rusia pekan ini.
“Kami berharap pertemuan ini mampu membuahkan kesepakatan soal keterlibatan pihak keempat,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri Mesir, saat konferensi pers. “Kami berharap dapat memperoleh suatu formula dalam beberapa pekan mendatang.”
Pejabat Mesir mengatakan, mereka menyarankan Bank Dunia sebagai mediator pihak ke empat, namun juga terbuka bagi negara yang berpengalaman secara teknis dalam menangani isu perairan, seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa.
Usulan Mesir baru-baru ini soal proses pengisian waduk fleksibel dan jaminan aliran tahunan 40 miliar kubik meter ditolak oleh Ethiopia.