Nelayan Sebut Erupsi GAK Berdampak Positif
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Situasi di sejumlah objek wisata bahari di pesisir Lampung Selatan (Lamsel) tetap normal, meski Gunung Anak Krakatau (GAK) mengalami erupsi. Erupsi itu bahkan dianggap menguntungkan bagi nelayan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Marsa, salah satu nelayan di pantai Minang Rua, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, mengaku sudah terbiasa dengan erupsi GAK. Sebab, jika gunung berapi di Selat Sunda tersebut aktif akan berdampak positif bagi nelayan. Arus hangat aktivitas GAK akan mengundang ikan pelagis atau ikan yang hidup berkelompok.
Marsa juga menyebut, nelayan sudah terbiasa dengan aktivitas erupsi GAK yang mengeluarkan kolom abu. Area tangkap bagi nelayan yang berada beberapa mil dari GAK, menurutnya tidak terpengaruh oleh erupsi.
Ia juga menyebut ketinggian gunung yang semula mencapai 338 meter di atas permukaan laut (Mdpl) berbentuk kerucut tersebut, kini hanya mencapai 175 meter.
Berbeda dengan sebelum tsunami 22 Desember 2018, gunung di laut tersebut sulit terlihat secara visual. Sebab, saat kondisi berkabut hanya terlihat gugusan pulau Rakata Besar, pulau Sertung, pulau Panjang dan pulau Sebesi.

Erupsi GAK dengan kolom abu sekitar 200 meter menurutnya masih teramati dengan intensitas tipis, sehingga menjadi penanda aktivitas gunung aktif tersebut.
“Bagi nelayan, erupsi gunung anak Krakatau tidak ada pengaruhnya sama sekali, bahkan justru nelayan bisa mendapat tangkapan yang banyak, sebab arus laut menjadi lebih hangat disukai oleh ikan di sekitar perairan barat Lamsel,” terang Marsa, saat ditemui di pantai Minang Rua, Selasa (31/12/2019).