JAKARTA – Pakar reptil Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irvan Sidik, mengatakan pengurangan habitat bisa menjadi salah satu alasan penyebab banyaknya ular ditemukan di daerah urban atau perkotaan, dan kemungkinan ular dari liar datang karena terdapat sumber makanan yang berlimpah.
“Bisa saja adanya pengurangan habitat tepatnya penyusutan areal tempat tinggalnya merupakan salah satu penyebab ‘booming’ penemuan ular di pemukiman,” ujar peneliti reptil senior itu, ketika dihubungi lewat surat elektronik di Jakarta, Jumat (20/19/2019).
Ia menambahkan, perubahan habitat dari aslinya memang umumnya dianggap memberikan pengaruh negatif terhadap keberlangsungan satwa. Pesatnya arus urbanisasi juga dapat sebagai pendorong kuat terjadinya perubahan bentang alam, sehingga terjadi proses strangulasi (terjerat) pada daerah perkotaan.
Menurut Irvan, kemampuan adaptasi ular memang berkontribusi terhadap ular untuk dapat hidup di daerah perkotaan. Dengan tubuh “luwes”, ular dan pasokan makanan utama tersedia mereka dapat bertahan hidup di daerah yang mungkin bukan habitat aslinya.
“Selain itu, terdapat beberapa kemungkinan, yaitu lebih disebabkan tempat berlindungnya yang terisolasi dengan batasan yang ‘terkotak-kotak’, daya dukung (mangsa atau sumber makanan) keberlangsungan hidup pada wilayahnya yang terbatas, dan daerah jelajahnya yang luas sehingga bisa saja terjadi ular bukan dari daerah pemukiman, tetapi datang ke lokasi yang baru untuk mencari makan,” tegas dia.
Seiring dengan makin menipis bahkan tidak ada lagi ketersediaan sumber makanannya, maka ular bisa saja “hilang” bahkan punah. “Bagaimana solusinya, yaitu dapat dengan memutuskan rantai makanannya atau melakukan “mitigasi” tempat-tempat berlindung,” tegas dia.