Ruwat Laut di Perairan Ketapang Miliki Nilai Universal

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Pelaksanaan ruwat laut dengan melarung miniatur perahu atau dongdang yang dilakukan masyarakat di perairan Desa Sumur memiliki nilai universal.

I Made Pasti, tokoh agama dan masyarakat di Desa Sumur, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan (Lamsel) menyebut ruwat laut menyimbolkan persatuan. Tali persaudararaan tersebut telah dijalankan dengan doa oleh agama Islam, Kristen dan Hindu yang tinggal di desa setempat.

I Made Pasti, tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Sumur Kecamatan Ketapang Lampung Selatan saat kegiatan ruwat laut di perairan Pulau Rimau Balak, Jumat (27/12/2019). -Foto: Henk Widi

I Made Pasti menyebut ruwat laut memiliki makna pengorbanan yang bersifat suci. Wujud pengorbanan dilakukan dengan pemotongan kerbau, kambing, ayam, bebek dan sesaji yang dilarung memiliki makna memohon keselamatan kepada Pencipta. Permohonan keselamatan diakuinya tidak hanya bagi nelayan di laut tetapi bagi keselamatan di darat dan udara.

Pelarungan sejumlah sesaji di perairan Pulau Rimau Balak sekaligus menumbuhkan tali persaudaraan. Sebab makna melarung tidak hanya bagi warga Desa Sumur melainkan bagi sejumlah desa yang ada di pesisir timur Lamsel. Sebab melarung dilakukan pada jalur perairan nelayan tangkap, jalur kapal barang dan kapal penumpang.

“Tujuan utama ruwat laut intinya memohon keselamatan, rejeki kepada sang Pencipta melalui sarana hasil tangkapan di laut, jalur lalu lintas yang melintasi lautan yang ada di Lamsel mendapat keselamatan,” ungkap I Made Pasti saat ditemui usai ruwat laut di perairan Desa Sumur, Jumat (27/12/2019).

Lihat juga...