Tari Klasik Bali Menghiasi Gelar Seni Pertunjukan Tradisi di TMII
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
JAKARTA — Ruangan Sasono Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jumat malam (20/12/2019) hanyut dalam balutan kemeriahan tarian klasik Bali yang elegan pada pagelaran seni pertunjukan tradisi.
Gerakan tubuh penuh ekpresi dan dinamik penari Joged Pingitan sangat memukau. Ini tarian klasik Bali persembahan The Ary Suta Center dan Balerung Mandera Srinertya Waditra dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan.
Dalam alunan gamelan Bali, tari ini berkisah dimana pengibing tidak boleh menyentuh penarinya (pingit). Pengibing akan menari bersama mengikuti irama gamelan. Jika dilanggar bisa membawa petaka bagi penari maupun pengibing.
“Joged pingitan ini tarian rakyat. Dimana tarian ini memang berasal dari desa untuk hiburan. Ada gerakan khusus yang memang agak susah. Jadi ini sebenarnya tarian rakyat yang harus dilestarikan,” kata Direktur Program Ary Culture, Otie Ary Suta kepada Cendana News ditemui di sela acara di Sasono Langen Budoyo TMII, Jakarta, Jumat malam (20/12/2019).
Tari Legong Calonarang juga menghiasi pertunjukkan seni tradisi. Ini menurut Otie, juga merupakan tari klasik Bali. Dimana pagelaran tarian ini diawali dengan munculnya penari condong sebagai abdi, dan muncul sepasang penari legong yang selanjutnya akan berubah peran menjadi matah gede, sisian, larung patih, rangde, barong.
Dalam cerita calonarang menggambarkan seorang penguasa ilmu hitam yang membuat bencana di masyarakat. Hingga datanglah empu beradah dengan ajaran dharma (kebenaran) untuk mengalahkan calonarang yang bersifat adharma (kejahatan).
“Tari legong memang menceritakan mengenai calonarang. Adegan peperangan rangda dengan barong, dimana kebajikan akan selalu menang,” ujarnya.