Hujan Hambat Pengeringan Rumput Laut-Ikan Asin di Lamsel

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Produksi hasil budidaya rumput laut jenis spinosum (Eucheuma spinosum) dan ikan yang melimpah menjadi sumber usaha bagi warga pesisir timur Lampung Selatan (Lamsel). Meski demikian hujan yang kerap turun berimbas proses pengeringan terhambat.

Sanuri, pemilik usaha budidaya rumput laut menyebut ia terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk pengeringan. Biaya ekstra untuk pengeringan digunakan untuk membeli para para bambu, plastik penutup.

Pembelian para para bambu digunakan untuk memudahkan pengangkatan rumput laut saat hujan tiba-tiba turun. Sementara plastik digunakan untuk menutupi rumput laut kering agar tidak lembab terkena air hujan.

Rumput laut dalam proses pengeringan berpotensi terkena jamur. Sebagai antisipasi ia melakukan proses penjemuran dengan sistem fermentasi. Proses tersebut dilakukan dengan menyimpan rumput laut yang kering dalam wadah plastik. Penguapan dalam plastik akan menurunkan kadar air meski tidak dijemur secara langsung di bawah sinar matahari.

“Butuh waktu yang lebih lama saat penghujan untuk mengeringkan rumput laut,biaya dan tenaga kerja akan lebih banyak namun saat penghujan beruntung produksi lebih banyak setelah usia budidaya mencapai satu bulan,” papar Sanuri saat ditemui Cendana News tengah menjemur rumput laut miliknya, Selasa (21/1/2020).

Sebagai solusi proses penjemuran yang lebih praktis untuk panen parsial ia memakai terpal. Panen parsial atau penyelang pada tanaman rumput laut dilakukan sebelum usia panen normal. Panen yang biasanya lebih cepat harus segera dijemur memakai terpal sehingga saat hujan turun sewaktu waktu terpal bisa langsung ditarik dan diangkat. Pada kondisi panas sempurna pengeringan hanya butuh waktu tiga hari.

Lihat juga...