Manchester City Tak Mau Memangkas Gaji Pemain
JAKARTA – Manchester City tidak akan mengikuti langkah klub-klub lain, untuk memangkas gaji pemain dan staf. Hal itu dinyatakan dengan tidak akan menggunakan skema retensi kerja pemerintah Inggris, dan mencutikan staf karena penghentian sementara kompetisi akibat pandemi virus corona.
Beberapa klub termasuk Liverpool dan Tottenham Hotspur, dikecam karena memanfaatkan skema pemerintah yang membolehkan staf dirumahkan dengan menerima 80 persen dari gaji akibat krisis kesehatan global ini.
City, yang dimiliki oleh Abu Dhabi United Group, kepunyaan Sheikh Mansour, adalah klub Liga Premier pertama yang menyatakan tidak akan mengikuti skema pemerintah itu, atau tidak memangkas gaji. Para karyawan mengirimkan email akhir pekan ini guna mendapatkan jaminan bahwa mereka terlindung dari pemecatan.
“Kami dapat memastikan, menyusul keputusan Ketua (Khaldoon Al Mubarak) dan Direksi pekan lalu, bahwa Manchester City tidak akan menggunakan Skema Retensi Kerja Virus Corona dari Pemerintah Inggris,” kata seorang juru bicara klub, Minggu (5/4/2020).
“Kami tetap bertekad melindungi orang-orang kami, pekerjaan mereka dan bisnis kami, yang pada saat bersamaan melakukan apa yang bisa kami dukung kepada komunitas kami yang lebih besar dalam masa yang paling menantang untuk semua orang ini,” bunyi pernyataan tersebut lebih lanjut.
Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional (PFA) berselisih dengan Liga Premier, mengenai apakah pemain harus menyetujui pemangkasan 30 persen gajinya setelah musim ini ditangguhkan. Beberapa kalangan juga menentang pengurangan gaji seperti dilakukan Liverpool, bahkan mantan bek Liverpool Jamie Carragher menyebut, keputusan memotong gaji itu bakal merusak reputasi bekas klubnya itu.