Memahami Penyebab Cuaca Ekstrem di Musim Kemarau

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Front massa udara dingin yang berasal dari Australia sebagai akibat pengaruh monsun musim dingin Australia yang bertemu dengan udara lembap di perairan lokal Indonesia, memicu aktivitas konvektif dan hujan skala lokal (< 5 km) yang marak terjadi di kawasan pesisir.

“Dan dapat menimbulkan penampakan awan-awan konvektif yang dapat diketahui dengan mudah melalui pengamatan visual seperti awan “tsunami” yang beberapa hari lalu terjadi di pesisir barat Aceh,” ujarnya lagi.

Kedua faktor tersebut merupakan pembangkit cuaca ekstrem yang diprediksi lebih sering terjadi menjelang akhir Agustus.

“Selain itu, pada bulan September, wilayah Indonesia diprediksi akan lebih basah dan lebih sering mengalami hujan sehingga potensi terjadinya hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dan persisten pun akan meningkat,” ucap Erma.

Dengan kata lain, cuaca ekstrem pada bulan-bulan mendatang tidak hanya bersifat lokal (<5 km) tetapi meluas dalam skala meso, yang mencakup puluhan hingga ratusan kilometer.

Lihat juga...