Pengembangan Potensi Logam Tanah Jarang, Perlu Dukungan Pemerintah
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Peluang untuk mengembangkan potensi Logam Tanah Jarang (LTJ), yang telah dieksplorasi, hanya bisa dicapai dengan dukungan kuat pemerintah untuk proses hilirisasi industri LTJ, keanekaragaman litbang aplikasi dan regulasi yang memudahkan bagi industri start-up LTJ.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Antariksawan menyatakan bahwa membicarakan tentang logam tanah jarang berarti bicara tentang isu seksi dan tidak bisa lepas dari keberadaan Tiongkok sebagai produsen tanah jarang terbesar saat ini.
“Padahal Tiongkok ini baru saja mengeksplorasi pada 30 tahun yang lalu. Tapi saat ini, sudah menjadi yang terbesar dengan jumlah cadangan sebesar 50 persen dari total cadangan di dunia dan menguasai 90 persen pasar LTJ di dunia,” kata Anhar dalam seminar online, Rabu (26/8/2020).

Artinya, Tiongkok tidak hanya mengeksplorasi LTJ yang mereka miliki tapi juga menghilirkannya menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis tinggi.
“Ini harusnya menjadi inspirasi bagi Indonesia, yang mana saat ini data base-nya saja belum tersedia. Indonesia punya tanah jarang dan sudah dilakukan eksplorasi awal yang menghasilkan 28 titik yang dinyatakan mengandung LTJ, Tapi dalam studinya, baru di 10 lokasi,” ujarnya.
Potensi pemanfaatan LTJ di Indonesia sangat luas. Tapi tantangannya juga banyak. “Dari sisi regulasi, LTJ yang menjadi bahan ikutan seperti Monasit baru saja dibahas RPP-nya. Semoga bisa ada harmonisasi para pemangku kepentingan sehingga kita bisa mulai memanfaatkannya,” kata Anhar.