Pengembangan Potensi Logam Tanah Jarang, Perlu Dukungan Pemerintah
Editor: Makmun Hidayat
“Dalam kerjasama dengan PT Timah, BATAN memasuki bidang penelitian terkait pemanfaatannya, eksplorasi untuk penemuan sumber daya, penyusunan desain konsep dan tekno ekonomi dan pengkajian pengolahan LTJ menjadi bahan yang paling diminati oleh pasar,” urainya.
Selain dengan PT Timah, BATAN juga melakukan kerjasama dengan Tekmira, UNPAD, BPPT, Dislitbang TNI AL dan Sigma Utama.
“Secara umum, kerjasama dengan instansi terkait adalah dalam penelitian, pengembangan dan pemanfaatan LTJ untuk kebermanfaatan bagi masyarakat secara langsung maupun tidak langsung,” ucap Suryantoro.
Dalam road-map LTJ, pada periode 2020-2024 yang akan dicapai adalah pengembangan LTJ dengan teknologi hidrometalurgi maupun technology solvent exchange method dan pada periode 2025-2035 akan dicapai penggunaan LTJ sebagai komponen elektronika dan bahan bakar nuklir.
“Arahan dari menristek/BRIN adalah mengembangkan LTJ sebagai material maju, yaitu salah satunya untuk baterai Lithium. Dari hasil pilot plan PLUTHO sudah bisa dilakukan pemisahan Uranium, Thorium dan LTJ dari Monasit, sudah juga dilakukan pembuatan LTJ okside seperti La-oksida, Ce-Oksida dan konsentrat Nd dan juga sudah dilakukan Radar Absorber Material,” paparnya.
Dengan potensi dari LTJ dan upaya penelitian dan pengembangan yang sudah dilakukan diharapkan keputusan terkait regulasi pemanfaatan LTJ ini dapat sesegera mungkin diharmonisasi.
“Dengan adanya RPP pengusahaan dan perizinan bahan galian nuklir yang saat ini sudah di Direktorat Harmonisasi Kemenkumham diharapkan dapat mengisi kekosongan antara regulasi pertambangan minerba dan regulasi ketenaganukliran. Dan juga bisa mengisi kekosongan kebutuhan pengaturan komersial mineral radioaktif sebagai produk utama dan produk ikutan dengan mendefinikasikan ulang kategori mineral radioaktif,” pungkasnya.