Tekan Kerugian, Petani Cabai Kulon Progo Terapkan Sistem Tumpang Sari

Editor: Makmun Hidayat

YOGYAKARTA — Sebagai upaya mengurangi beban kerugian akibat merosotnya harga cabai sejak beberapa waktu terakhir, sejumlah petani di kabupaten Kulon Progo menerapkan sistem pertanian tumpang sari di lahan mereka. Selain menanam cabai sebagai komoditas utama, juga sayuran untuk mendapatkan hasil sampingan. 

Adanya hasil sampingan ini diharapkan mampu memberikan pemasukan tambahan bagi petani, di tengah anjloknya harga cabai yang saat ini hanya laku terjual di kisaran harga Rp4ribu per kilogramnya.

Salah seorang petani cabai, Munir asal Desa Kedungdang Temon Kulon Progo, mengaku menanam sejumlah komoditas sayuran di sela tanaman cabai miliknya. Lahan seluas 1000 meter persegi ia tanami dua komoditas sayuran, pare dan kacang panjang.

Dua komoditas sayuran tersebut ia pilih karena memiliki nilai jual yang lebih stabil dibandingkan komoditas cabai keriting. Selain juga karena karakteristiknya yang sangat cocok ditanam dengan sistem tumpang sari bersama cabai sebagai komoditas utama.

“Selain menanam cabai, saya juga menanam pare dan kacang panjang di lahan yang sama. Memang sejak awal saya buat sistem tumpang sari seperti itu. Agar jika harga cabai anjlok, kita masih bisa memanen pare dan kacang panjang. Itung-itung untuk menutup kerugian akibat harga cabai anjlok,” ungkapnya Senin (24/08/2020).

Munir sendiri mengaku telah mampu memanen sayur pare miliknya hingga 20 kilo lebih selama beberapa kali, yakni dengan harga jual Rp2500 ribu per kilogramnya. Selain itu ia juga telah memanen sayur kacang panjang dengan harga jual Rp3500 per kilogramnya.

“Sekitar 10 hari lagi pare juga sudah siap dipanen lagi. Ya lumayan lah untuk menutup biaya operasional seperti menyiram, menyemprot pestisida, dan lain-lain” ungkapnya.

Lihat juga...