Tersengat Ubur-ubur ini yang Harus Dilakukan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Kasus sengatan ubur-ubur pada orang yang berlibur di pantai, yang mayoritas korbannya adalah anak-anak bisa diturunkan dengan melakukan mitigasi dan juga melakukan edukasi bagaimana cara merawatnya.
Peneliti Plankton, Oksto Ridho Sianturi, menjelaskan bahwa ubur-ubur adalah organisme yang masuk dalam kelompok filum Cnidaria dan sub-filum Medusozoa yang ditandai dengan adanya alat penyengat pada tubuhnya.

“Ubur-ubur ini memiliki kandungan air di tubuhnya hingga 97 persen, tidak memiliki otak, jantung maupun darah dan sudah ada sejak 500 juta tahun. Respon dari stimulus yang berasal dari luar akan diberikan secara langsung pada lokasi yang terkena stimulus. Ini menjadi penyebab mengapa tentakel ubur-ubur masih tetap aktif walaupun sudah mati,” kata Ridho dalam seminar online, Sabtu (22/8/2020).
Alat penyengat beracun ubur-ubur atau yang disebut nematosis, menurutnya, memiliki fungsi untuk menangkap mangsa, alat pertahanan dalam menghadapi predator atau hewan pemangsa dan untuk beberapa jenis, ada yang menggunakan nematosis untuk bertahan di dasar laut.
“Nematosis ini memiliki kemampuan untuk tetap aktif setelah mati beberapa hari. Sehingga, sangat dianjurkan untuk tidak menyentuh ubur-ubur yang ditemukan mati di pinggir pantai,” ucapnya.
Ridho menjelaskan bahwa ubur-ubur umumnya bersifat dimorfik, yang artinya mengalami perubahan bentuk dalam setiap tahap tubuhnya.
“Perkembangbiakannya terbagi menjadi dua, yaitu saat seksual pada tahap medusa dan aseksual pada tahap polip. Salah satu yang menarik dari spesies ubur-ubur adalah immortal jellyfish atau ubur-ubur abadi yang bernama latin Turritopsis yang dapat kembali ke fase polip saat tua atau karena stres lingkungan,” paparnya.