Produksi Tungku Tanah Kala Kemarau Tingkatkan Permintaan Sekam Padi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Perputaran uang dari usaha tungku tanah liat menurutnya juga memberi keuntungan pengepul sekam. Sang adik yang bertugas mencari sekam ke sejumlah pabrik bisa mendapat upah dari pengangkutan. Sementara ia yang berjualan tungku keliling memasok ke sejumlah warung tradisional. Warung pengecer akan minta dikirim setelah stok tungku tanah terjual.
“Sehari saya bisa mengirim sebanyak puluhan sehingga dalam sepekan bisa mengirim ratusan tungku ke pengecer,” bebernya.
Omzet sekitar ratusan ribu dari menjual tungku menurutnya masih sangat menjanjikan. Sebab standar penghasilan dari kerja harian di wilayah tersebut rata-rata Rp100.000 per hari. Mendapat omzet per hari dari menjual tungku tanah liat keliling masih bisa memberinya keuntungan bersih Rp500.000. Dipotong biaya operasional bensin ia masih bisa menyetor modal ke produsen tungku.
Kebutuhan sekam untuk pembuatan tungku tanah menjadi keuntungan bagi Giyatno. Pemilik usaha penggilingan padi itu menyebut semula hanya membakar sekam. Selain hanya menjadi limbah sekam kerap dipakai sebagai pemanas untuk perapian pemilik ternak kerbau dan sapi. Tiga tahun terakhir sekam bernilai ekonomis dikumpulkan dengan karung dan dijual.

Giyatno yang kerap kewalahan untuk menampung sekam bahkan kerap menjualnya dengan harga murah. Sekam penggilingan padi menurutnya dijual seharga Rp3.000 hingga Rp5.000 per karung. Pemanfaatan sekam untuk bahan pembuatan tungku, pembakaran genteng dan batu bata sekaligus membantu pembersihan limbah.