Pedagang Air Bersih Gerobak Bertahan di Tengah Keterbatasan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Matahari baru naik sepenggalan, namun Paino sudah bercucur keringat. Pagi itu, pria 48 tahun tersebut sudah delapan kali, bolak balik mengantarkan puluhan blek atau kaleng besar bekas berisikan air bersih ke sejumlah warung, yang ada di kawasan Johar Semarang.

Sekali jalan, gerobak miliknya mampu mengangkut 12 blek bekas masing-masing berisikan air bersih 10 liter atau total 120 liter. Air tersebut kemudian diantarkan ke para pelanggan, yang umumnya para pemilik usaha di sekitar wilayah tersebut, mulai dari warung makan, bengkel, tukang potong rambut, dan lainnya.

“Kalau satu blek air dijual Rp2 ribu. Jadi satu gerobak 24 ribu. Ini sudah pesanan jadi tinggal kirim ke pelanggan. Mulai dari warung sampai bengkel, kalau warung belinya langsung satu gerobak, kalau yang kecil-kecil eceran 1-2 ember, sesuai kebutuhan,” paparnya, saat ditemui di sela mengisi air bersih di kawasan Johar Semarang, Selasa (1/12/2020).

Paino tidak sendiri, ada 5-6 orang lainnya, yang juga berprofesi sebagai pedagang air bersih. Mereka sudah beraktivitas sejak pukul 05.00 WIB, mulai dari mengisi air kedalam wadah blek, hingga mengirimkannya ke pelanggan.

Air bersih tersebut mereka dapatkan dari sebuah sumur artesis, yang ada di area ruko yang berlokasi di depan Metro Hotel Semarang. Mereka pun tidak mengambil air di sumur, dengan gratis. Setiap bulan, harus membayar sejumlah uang ke pengelola kawasan ruko tersebut.

“Saya jualan air bersih sejak 2005, sebelumnya bapak yang berjualan, lalu diteruskan kakak. Sekarang saya yang menggantikannya,” lanjutnya.

Paino menjelaskan, dirinya sengaja memilih menggunakan blek untuk wadah air bersih, karena mudah didapat, murah serta awet. “Kalau pakai plastik, lalu pecah susah diperbaiki, sementara jika pakai blek, kalau ada yang bolong atau bocor, bisa dipatri,” ungkapnya.

Lihat juga...