Tantangan Industri Mobil Listrik di Indonesia

Ilustrasi - Seorang petugas menghubungkan kabel pengisi daya ke kendaraan listrik (EV) di stasiun pengisian daya.-Ant/Reuters

Permintaan akan baterai akan segera meningkat pada kisaran 2023-2024. Pertumbuhannya diprediksi dapat mencapai 12 persen pada 2025 dan 23 persen pada 2030. Ini akan menjadi salah satu sumber penghasil terbesar devisa negara Indonesia, kelak.

Di sisi lain, meskipun berbagai regulasi dan kesempatan emas terbuka, Indonesia masih didominasi dengan kendaraan berbahan bakar fosil. Masih perlu adanya edukasi hingga sosialisasi mengenai kendaraan listrik, agar bisa mendorong minat dan daya beli masyarakat Indonesia.

“Cara membuat harga mobil listrik bersaing di tengah pasar otomotif yang masih didominasi mobil berbahan bakar fosil, saran yang bisa disampaikan, tirulah aneka kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah Cina ke dalam negerinya sendiri dan sudah terbukti,” kata Yannes.

Ia menambahkan, Cina membangun kebijakan dan strategi kendaraan listrik yang sistematis dan komprehensif demi peningkatan inovasi teknologi tersebut oleh warganya sendiri, bersama dengan penggunaannya oleh industri otomotif lokal.

Cina juga mendorong berbagai kebijakan, termasuk subsidi dan berbagai insentif lainnya, seperti pembebasan BBNKB, PKB, sampai skema pendanaan-perbankan.

Dilanjutkan dengan segera memulai Carbon Tax Based secara sungguh-sungguh yang secara perlahan mulai membatasi penggunaan kendaraan berbasis BBM fosil, hingga mengubah seluruh sistem transportasi publiknya menjadi kendaraan listrik.

“Ini membuat harga kendaraan listrik menjadi makin kompetitif untuk pasar dalam negerinya,” ujar Yannes.

Lebih lanjut, kebijakan pemerintah untuk terus mendukung proses manufaktur hingga penyebaran penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri harus tetap terjaga dalam trek yang jernih.

Lihat juga...